Bisnissawit.com – Industri kelapa sawit Indonesia memperingati 113 tahun sejak tanam perdana secara komersial pada tahun 1911 di Pulau Raja Asahan, Sumatera Utara, dan Sei Liput, Aceh.
Diperingati sebagai Hari Sawit Nasional, hari ini Indonesia tercatat sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia dengan pangsa pasar sebesar 55%, yang menghasilkan devisa ekspor mencapai 600 triliun rupiah pada 2022.
Sektor ini melibatkan 16 juta pekerja di 160 kabupaten yang tersebar di puluhan ribu desa di seluruh negeri.
Namun, seiring dengan kemajuan yang telah dicapai, industri sawit Indonesia menghadapi tuntutan besar dalam memenuhi tanggung jawab sosial.
Salah satu inisiatifnya adalah gerakan Sawit Indonesia Ramah Anak (SIRA), yang diluncurkan pada tahun 2021 oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).
Gerakan ini bertujuan memastikan bahwa industri sawit tidak hanya menaati hukum, terutama dalam pelarangan pekerja anak, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung hak-hak anak di wilayah perkebunan.
Ketua GAPKI Bidang SDM dan Ketenagakerjaan, Sumarjono Saragih, menegaskan bahwa SIRA adalah bukti komitmen industri sawit untuk berkontribusi terhadap kesejahteraan anak-anak di sekitar perkebunan.
“Kami tidak hanya memastikan tidak adanya pekerja anak di perkebunan sawit, tetapi juga menghadirkan fasilitas yang membantu memenuhi hak anak-anak di daerah pedesaan, seperti tempat pengasuhan anak, bus sekolah, posyandu, pusat kesehatan, hingga sekolah di area kebun,” ujarnya, Rabu (30/10/24).
GAPKI juga mengadakan rangkaian Workshop dan Seminar “Sawit Indonesia Ramah Anak” di 15 provinsi yang memiliki cabang GAPKI. Acara ini membedah Buku Panduan SIRA, yang diterbitkan pada tahun 2022 oleh GAPKI bersama pemerintah dan LSM yang peduli terhadap hak-hak anak.
Provinsi Papua menjadi wilayah pertama yang menggelar acara ini pada Juni 2024 dengan tema “Papua Emas 2045 Bersama Sawit,” disusul oleh Kalimantan Tengah pada 22-24 Oktober 2024 di Palangkaraya, dan akan dilanjutkan di provinsi lainnya.
“Kami ingin industri sawit menjadi pelopor praktik ramah anak di pedesaan, sebagai bentuk kontribusi nyata terhadap agenda nasional Indonesia Emas 2045. Melalui SIRA, kami berupaya menjadi kawah lahirnya generasi emas yang kelak membawa Indonesia maju dan berkeadilan sosial. Kami juga ingin agar praktek ramah anak ini bisa ditularkan ke sektor lain, khususnya di komunitas pedesaan di luar sawit,” tutur Sumarjono.
Melalui gerakan SIRA, GAPKI menunjukkan komitmen untuk melampaui sekadar kepatuhan terhadap peraturan. Industri sawit Indonesia kini mengarahkan langkah menuju masa depan yang tidak hanya produktif, tetapi juga berdampak positif bagi perkembangan generasi muda di wilayah pedesaan. (*)