21 April 2025
Share:

Bisnissawit.com – Menjelang pelaksanaan 3rd TPOMI 2025 yang diselenggarakan oleh Media Perkebunan dan P3PI, Kementerian Perindustrian turut mendukung pentingnya transformasi industri kelapa sawit nasional. Fokus utama diarahkan pada peningkatan produktivitas dan efisiensi melalui adopsi teknologi tinggi yang relevan, adaptif, dan ramah lingkungan.

Industri sawit dipandang sebagai sektor kunci yang paling siap dalam mendukung pencapaian Net Zero Emission (NZE) untuk sektor industri pada 2050 mendatang.

Visi besar yang diusung dalam Sawit Indonesia Emas 2045 menekankan pada pembangunan industri yang berkelanjutan dan dapat ditelusuri, sebagai syarat utama untuk menjaga daya saing produk sawit Indonesia di pasar global.

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, Kemenperin tengah menyusun Peta Jalan Sawit Indonesia Emas 2045 yang menargetkan sistem industri sawit hulu hingga hilir yang inklusif, mandiri, dan maju.

Potensi sektor ini sangat besar, dengan nilai ekonomi lebih dari Rp750 triliun per tahun atau setara 3,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada tahun 2023.

Namun demikian, tantangan besar juga membayangi. Salah satunya adalah legalitas bahan baku, seperti keberadaan kebun sawit rakyat di kawasan hutan, serta produktivitas kebun rakyat yang masih rendah. Kemenperin menargetkan peningkatan hasil panen dari 9,6 ton menjadi 23 ton TBS/ha/tahun, dan rendemen minyak dari 16,3% ke 24% melalui injeksi teknologi.

Selain itu, pasar internasional semakin menuntut minyak sawit mentah yang rendah emisi. Ini mendorong perlunya teknologi pengolahan yang hemat energi dan minim limbah, serta pemanfaatan biomassa sawit secara optimal seperti batang tua dan tandan kosong. Praktik industri sawit yang responsible, sustainable, dan traceable menjadi tiket masuk ke pasar global.

Langkah jangka pendek hingga menengah yang didorong pemerintah mencakup pengamanan pasokan CPO melalui skema pungutan ekspor progresif, restrukturisasi peralatan pabrik, pemberian insentif investasi, hingga digitalisasi tata kelola sawit seperti melalui platform SIMIRAH.

Baca Juga:  P3PI Dorong Transformasi Teknologi Sawit, Siapkan Langkah Besar di 3rd TPOMI 2025

Kemenperin juga memperkuat pengembangan teknologi Steamless Pomeless Palm Oil Technology (SPPOT) melalui penguatan regulasi, pembentukan SNI, riset karbon, serta skema green financing. Teknologi ini diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah ekonomi, sekaligus memperkuat citra positif sawit Indonesia sebagai produk ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Melalui strategi dan dukungan ini, 3rd TPOMI 2025 menjadi momentum penting untuk menegaskan posisi industri sawit Indonesia di kancah global—lebih hijau, tangguh, dan kompetitif.