5 Juni 2025
Share:

Bisnissawit.com – Ajang Technology & Talent Palm Oil Mill Indonesia atau 3rd TPOMI 2025 kembali digelar pada 8 – 10 Juli 2025 di Bandung. Memasuki tahun ketiga, TPOMI tetap konsisten menjadi ruang diskusi dan inovasi teknologi untuk pabrik kelapa sawit di Indonesia. Acara ini diselenggarakan oleh Media Perkebunan bersama Perkumpulan Praktisi Profesional Perkebunan Indonesia (P3PI).

Sekretaris Jenderal P3PI, Hendra J Purba, menekankan bahwa lahirnya TPOMI dilatarbelakangi oleh minimnya pembaruan teknologi di industri sawit, meski telah eksis lebih dari seabad di Indonesia.

“TPOMI lahir diawali keprihatinan kami karena meskipun industri sawit ini sudah 100 tahun lebih di Indonesia, tetapi tidak banyak pembaruan teknologi untuk mengolah TBS jadi CPO,” ujar Hendra dalam konferensi pers menjelang 3rd TPOMI 2025, Selasa (3/6/25).

“Ada perubahan sedikit-sedikit saja. Itulah spirit utama 3rd TPOMI 2025 yaitu membawa teknologi-teknologi baru pada pabrik kelapa sawit,” lanjutnya.

Indonesia sebagai produsen terbesar minyak sawit dunia, menurut Hendra, harus juga tampil sebagai pelopor dalam pengembangan teknologi unggulan demi mengoptimalkan rendemen dari kebun ke pabrik.

Kepala Bidang Pabrik Kelapa Sawit P3PI, Posma T Sinurat, menyoroti pentingnya peran pabrik dalam menjaga Oil Extraction Rate (OER) dari Tandan Buah Segar (TBS).

“Pembentukan minyak itu di kebun. Tugas pabrik adalah menjaga OER TBS, jangan sampai banyak losses. Kehilangan minyak 1% saja sudah berarti kehilangan potensi pendapatan ratusan miliar rupiah,” jelas Posma.

Sejak berdirinya pabrik kelapa sawit pertama di Sungai Liput pada 1918, teknologi yang digunakan di industri ini dinilai tidak banyak mengalami perubahan signifikan. Padahal, menurut Posma, dunia kini menuntut agar industri sawit semakin ramah lingkungan. Teknologi seperti methane capture dan konsep pabrik tanpa limbah mulai diperkenalkan, meski belum banyak diimplementasikan.

“Selain methane capture, konsep PKS tanpa limbah belum banyak diaplikasikan di Indonesia,” ujar Posma.

Transformasi lain yang dibahas dalam TPOMI adalah pengaruh tuntutan mutu pangan. Pabrik kelapa sawit kini dituntut beroperasi layaknya pabrik makanan, yang higienis dan sesuai standar pangan. Selain itu, perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) juga mulai diterapkan, seperti penggunaan sensor buah.

“Banyak teknologi baru untuk PKS, dan inilah yang akan dibahas di 3rd TPOMI 2025 di Bandung,” tambahnya.

Tahun ini, TPOMI juga memperluas cakupan pembahasan ke industri hilir sawit. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) akan turut memaparkan hasil-hasil riset yang telah didanai, khususnya yang berkaitan dengan pengolahan minyak sawit menjadi berbagai produk turunan.

“Dalam TPOMI ini, BPDP akan membawakan riset apa saja yang sudah dibiayai BPDP untuk pengolahan minyak sawit menjadi produk hilir,” pungkas Posma.

Dengan fokus pada inovasi, efisiensi, dan keberlanjutan, 3rd TPOMI 2025 diharapkan menjadi momentum penting untuk mempercepat modernisasi pabrik kelapa sawit nasional. (*)

Baca Juga:  Sidang Varietas 2025 Bahas Bibit Unggul Sawit hingga Tebu