Bisnissawit.com – Gelaran “Menuju 3rd TPOMI 2025” sukses menarik perhatian lebih dari 120 peserta dari berbagai kalangan industri sawit. Acara yang diinisiasi oleh Media Perkebunan dan Perkumpulan Praktisi Profesional Perkebunan Indonesia (P3PI) ini berlangsung di Hotel Santika Premiere Dyandra, Medan, pada 23–24 April 2025 dengan mengusung tema “Updating Technology & Talent Palm Oil Mill & Downstream”.
Hendra J Purba, SE, Pemimpin Umum Media Perkebunan dan Sekjen P3PI, jumlah peserta yang hadir melebihi target awal 100 orang.
“Antusiasme ini menjadi bukti bahwa industri sawit nasional benar-benar haus akan pembaruan teknologi dan pengembangan SDM pengolahan sawit,” ujarnya dalam sambutan pembuka.
Acara ini dibuka secara resmi oleh Hendra Leonard Siahaan, ST, MSE, selaku Kepala BSPJI Medan Kementerian Perindustrian. Ia didampingi oleh jajaran pimpinan P3PI serta perwakilan perusahaan pendukung teknologi seperti Alfa Laval, IAT (Singapore), mySAP365, PT LAT Trisakti, ASA Consulting dari PT Cahaya Wiguna Solusi, dan PT Premiere Engineering Indonesia.
Hendra J Purba menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian menuju puncak acara 3rd TPOMI 2025, yang akan digelar di Bandung pada 8–10 Juli 2025.
“Kegiatan di Medan ini adalah semacam pemanasan sebelum acara utama di Bandung,” jelasnya.
Pemilihan Medan sebagai lokasi kegiatan bukan tanpa alasan. Sumatera Utara dikenal sebagai daerah bersejarah dalam perkembangan industri kelapa sawit nasional.
“Di sinilah titik awal komersialisasi sawit Indonesia dimulai, khususnya di Pulo Raja, Asahan dan Sungei Liput, Aceh Tamiang,” tambah Hendra.
Hendra juga mengungkapkan alasan mendasar di balik lahirnya TPOMI (Technology & Talent Palm Oil Mill Indonesia). Menurutnya, meskipun industri sawit Indonesia telah berusia lebih dari 100 tahun, namun masih banyak pabrik kelapa sawit (PKS) yang menggunakan teknologi lama.
“Sehebat apapun kualitas TBS yang dihasilkan dari kebun, jika teknologi PKS-nya masih konvensional, maka rendemen dan kualitas CPO pasti tidak optimal,” tegasnya. Ia menambahkan bahwa pembaruan memang ada, tetapi belum merata di seluruh PKS di Indonesia.
Melalui TPOMI, Media Perkebunan dan P3PI ingin mendorong lebih banyak pelaku industri untuk melakukan modernisasi. “Kami ingin membawa semangat transformasi teknologi ke jantung industri sawit Indonesia,” katanya.
Sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia, Indonesia dinilai perlu menjadi pionir tidak hanya dalam produksi, tetapi juga dalam pengembangan teknologi pengolahan sawit. TPOMI hadir sebagai forum strategis untuk mendorong hal tersebut.
“Ke depan, kami berencana mengembalikan pelaksanaan TPOMI ke Sumatera Utara sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah sawit nasional. Jadi, TPOMI ke-4 akan kembali digelar di Medan pada 2026,” ungkap Hendra.
TPOMI bukan hanya soal teknologi, tapi juga membangun ekosistem SDM unggul di sektor hilir sawit. Dengan topik-topik seperti efisiensi mesin PKS, digitalisasi pengolahan, dan penguatan kapasitas SDM, ajang ini diharapkan menjadi motor perubahan menuju industri sawit yang lebih modern dan berdaya saing. (*)