18 September 2024
Share:

Pontianak, bisnissawit.com – 4th Indonesian Palm Oil Smallholder Conference (IPOSC) & Expo 2024 yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Forum Petani Kelapa Sawit Jaya Indonesia (POPSI) bersama BPDPKS akan diselenggarakan besok, Kamis (19/9/24).

Acara akan dibuka secara resmi oleh Pj. Gubernur Kalimantan Barat, Harisson Azroi. Tahun ini POPSI mengangkat tema ‘Upaya Terpadu Meningkatkan Produksi Sawit Rakyat’.

Ketua POPSI, Pahala Sibuea menyatakan bahwa produktivitas sawit rakyat di lapangan ternyata masih menemui berbagai hambatan. Dalam 4th IPOSC 2024 ini sebagai sosialisasi kepada petani terhadap

“IPOSC 2024 ini akan menjadi sarana edukasi bagi petani baik di hulu maupun di hilir,kita akan sampaikan regulasi yang menjadi acuan saat ini misalnya good agriculture practice (GAP) perkebunan, sosialisasi tentang peningkatan ekonomi dan sarpras, ini semua akan diulas dalam IPOSC 2024,” tutur Pahala Sibuea saat wawancara dengan Media Bisnis Sawit.

Ia menambahkan, dalam IPOSC 2024 juga akan membahas persoalan ISPO yang hingga saat ini menjadi PR besar, petani sawit kebanyakan masih belum bisa mendapatkan sertifikasi ISPO karena berbagai kendala.

Padahal target wajib ISPO akan diwajibkan pada 2025, namun Pahala menilai nasib para petani sawit masih butuh kepastian. POPSI menyatakan terus mendukung percepatan ISPO untuk petani kelapa sawit, IPOSC 2024 salah satu cara agar petani sawit mengetahui dasar penerapan ISPO mulai dari cara merawat kebun hingga standar ke lapangan seperti mengenakan alat keselamatan kerja dan lain sebagainya.

Selain itu IPOSC 2024 juga akan mengulas tentang kemitraan kelapa sawit untuk mempercepat produktifitas, persoalan kemitraan juga menjadi salah satu hal yang kompleks, harus ada win-win solution yang perlu dijaga dalam hal kemitraan. Saat ini penerapan keuntungan tersebut juga masih belum tuntas.

Baca Juga:  Mengulas Layanan BPTP Pontianak Terbaru 2024

“Permasalahan kemitraan ini adalah inti plasma yang tidak seimbang, jadi perlu disosialisasikan antara pengusaha dengan rakyat agar sama-sama menguntungkan, tentunya dengan konsep regulasi yang saat ini berkembang. Seperti contohnya mengenai pemenuhan fasilitas perkebunan masyarakat di sekitar, pengusaha itu wajib memberikan 20 persen kemudian dari petani masih minta lagi, banyak pengusaha yang mempermasalahkan ini. Maka di IPOSC 2024 akan diulas untuk meminimalisir konflik dalam kemitraan,” tuturnya.

POPSI berkomitmen untuk terus mendorong produktivitas sawit rakyat dan juga mensosialisasikan hal-hal yang berkaitan dengan bisnis sawit seperti isu perubahan iklim, SDM hingga pergerakan ekonomi industri kelapa sawit dari hulu ke hilir.

“Hal-hal tersebut menjadi standar ukuran bagi bisnis sawit ke depan, IPOSC 2024 menjadi ajang silaturahmi sesama petani juga menambahkan wawasannya petani terhadap regulasi, peningkatan ekonomi petani, GAP-nya perkebunan rakyat dan nanti bagaimana tentang hilirisasi yang bisa diharapkan dan bisa diterapkan,” pungkasnya. (AD)