26 Oktober 2024
Share:

Bisnissawit.com – Kajian terhadap 20 penangkar utama di Sumatera Utara, Riau, Jambi, Lampung, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan, yang menguasai lebih dari 50 persen penyediaan bibit kelapa sawit, mengungkap hasil menarik.

Para penangkar cenderung menangkarkan varietas kelapa sawit yang paling diminati petani atau perusahaan agar lebih mudah dipasarkan. Bahkan, tidak jarang varietas tersebut sudah dipesan jauh sebelum mencapai usia siap tanam.

Dari hasil kajian, varietas yang paling sering ditangkarkan adalah D x P Sriwijaya 5 dari PT Sampoerna Agro dan D x P Simalungun dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

Sepuluh dari 20 responden mengaku menangkarkan salah satu atau kedua varietas tersebut. Kedua varietas ini disukai karena mulai berbuah dalam 28 bulan dan pada umur 3-4 tahun mampu menghasilkan 1 ton per hektare per rotasi panen.

D x P Sriwijaya 5 dinilai unggul karena buahnya muncul konsisten mengelilingi batang, dengan trek panen yang lebih pendek. Varietas ini mulai banyak ditangkarkan sejak 2018 untuk memenuhi kebutuhan peremajaan sawit rakyat.

Seiring waktu, pembelian meningkat sejalan dengan hasil positif dari program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).

Sementara itu, D x P Simalungun populer berkat ukuran buahnya yang besar. Selain itu, varietas ini identik dengan “Kelapa Sawit Marihat,” membuatnya diminati petani yang pernah menggunakan benih dari PPKS Medan, terutama petani plasma.

Selain dua varietas tersebut, penangkar juga menangkarkan varietas lain seperti D x P 540, D x P Sriwijaya 3, D x P Topaz, D x P TN 1, dan D x P Dami Mas. (*)

Baca Juga:  Toolkit SKT-NKT Untuk Petani Kecil, Bebas Deforestasi dan Mengakses Pasar Global