6 Maret 2025
Share:

Bisnissawit.com – Program mandatori biodiesel di Indonesia telah dimulai sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mengalami percepatan signifikan di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), dan terus diperkuat dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Dikelola oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), program ini memiliki berbagai tujuan strategis, mulai dari mewujudkan kemandirian energi, mengoptimalkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), hingga mendukung konservasi energi.

Selain itu, biodiesel juga berperan penting dalam mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak (BBM) solar, menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan kesejahteraan petani kelapa sawit dengan harga jual tandan buah segar (TBS) yang lebih stabil.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam siaran pers menyampaikan bahwa produksi biodiesel berbasis sawit tahun 2024 melampaui target hingga 116,4 persen.

“Produksi mencapai 13,15 juta kiloliter (KL) dari target awal 11,3 juta KL dalam program mandatori B35,” ujarnya.

Keberhasilan ini berkontribusi pada penghematan devisa senilai USD 9,33 miliar atau sekitar Rp 147,5 triliun.

Selain itu, sektor ini juga menyerap lebih dari 14 ribu tenaga kerja di industri pengolahan (off-farm) serta mendukung mata pencaharian sekitar 1,95 juta petani dan pekerja di sektor perkebunan sawit (on-farm).

Untuk tahun 2025, pemerintah meningkatkan mandatori biodiesel dari B35 menjadi B40 dengan proyeksi penghematan devisa yang tetap tinggi, sekitar Rp 147,5 triliun. Tak hanya itu, program ini juga diperkirakan mampu mengurangi emisi karbon sebesar 41,46 juta ton CO2 ekuivalen dan menekan impor solar hingga 4,6 juta KL.

“Konversi minyak sawit mentah (CPO) menjadi biodiesel juga memberikan nilai tambah sebesar Rp 20,98 triliun,” tambah Bahlil Lahadalia.

Sejak 2017, produksi biodiesel meningkat pesat dari hanya 3,42 juta KL menjadi 13,15 juta KL pada tahun 2024.

Baca Juga:  Dana Program B40 dibiayai dari Pungutan Ekspor Sawit

“Dengan target B40 di 2025, produksi biodiesel akan meningkat menjadi sekitar 15,6 juta KL,” jelasnya.

Pemerintah juga berkomitmen untuk terus meningkatkan penggunaan biodiesel, dengan target B50 pada 2026.

“Jika ini tercapai, Indonesia tidak perlu lagi mengimpor solar, sehingga kedaulatan energi benar-benar bisa kita wujudkan,” tegas Menteri ESDM.

Selain aspek ekonomi, program biodiesel juga mendukung komitmen global dalam perlindungan lingkungan. Sepanjang tahun 2024, Indonesia berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sektor energi sebesar 147,61 juta ton CO2, melampaui target 142 juta ton CO2.

“Ini adalah bagian dari langkah menuju Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Setiap tahun, kita sudah memiliki target penurunan emisi yang jelas,” pungkas Bahlil Lahadalia.