Bisnissawit.com – Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amilia Adininggar Widyasanti menyampaikan, nilai ekspor komoditas unggulan CPO dan turunannya Desember 2024 USD1,89 miliar turun 9,34%. Padahal November 2024 mencapai USD2,09 miliar.
Mengutip Media Perkebunan, Porsi ekspor terhadap non migas nasional mencapai 8,63%. Sementara itu, nilai ekspor Desember 2023 USD1,45 miliar menunjukkan kenaikan 30,05%.
Melihat volume ekspor CPO dan produk turunannya Desember 2024 1,65 juta ton, turun dibandingkan dengan November 2024 1,91 juta ton, sedangkan Desember 2023 1,75 juta ton.
Harga CPO Desember 2024 USD1.146,27 per ton, sedang November 2024 USD1.090,53 per ton dan Desember 2023 USD833,63 per ton.
Ekspor lemak dan minyak hewan atau nabati (HS 15) yang didominasi minyak sawit nilai ekspor tahun 2024 USD26,82 miliar (turun 5,73%) dibanding tahun 2023 USD28.45 miliar, share terhadap ekspor non migas 10,78%. Nilai ekspor terbesar ke Tiongkok USD5,1 miliar (share 19,01%), kemudian India USD3.96 miliar (14,78%), Pakistan USD2,82 miliar (10,51%), Bangladesh USD960 juta (3,59%).
Pada Desember 2024, harga komoditas pertanian internasional mengalami kenaikan, yang didorong oleh peningkatan harga minyak kelapa sawit, kakao, dan kopi. Rata-rata harga komoditas pertanian pada tahun 2024 naik 3,53% dibandingkan dengan harga rata-rata tahun 2023.
Indeks harga komoditas pertanian pada Desember 2024 mencapai 121,08, naik 3,3% secara bulanan (month-to-month) dan 10,33% secara tahunan (year-on-year). Pada Desember 2023, indeks harga tersebut tercatat 109,74.
Nilai ekspor sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan pada Desember 2024 mengalami penurunan 0,31% dibandingkan dengan November 2024, terutama disebabkan oleh penurunan ekspor lada hitam. Nilai ekspor pada November dan Desember 2024 tercatat sebesar USD 0,58 miliar, sementara pada Desember 2023 tercatat USD 0,36 miliar.
Secara keseluruhan, nilai ekspor sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan pada tahun 2024 meningkat 29,81%, dari USD 4,4 miliar menjadi USD 5,71 miliar, yang sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya ekspor kopi. Ekspor kakao dan olahannya (HS 18) pada tahun 2024 juga menunjukkan peningkatan yang signifikan, dengan nilai ekspor mencapai USD 2,62 miliar, naik sebesar USD 1,42 miliar atau 118,63%.
Ekspor non-migas Indonesia pada tahun 2024 ke negara-negara anggota BRICS menunjukkan posisi yang signifikan. Ekspor ke India menempati urutan kedua, dengan lemak dan minyak hewan nabati (HS 15) tercatat USD 3,96 miliar; ke Brasil, lemak dan minyak hewan nabati (HS 15) tercatat USD 476,51 juta; ke Rusia, lemak dan minyak hewan nabati (HS 15) tercatat USD 733,9 juta, dengan kakao dan olahannya (HS 18) tercatat USD 140,02 juta di posisi kedua; dan ke Afrika Selatan, lemak dan minyak hewan atau nabati tercatat USD 316,71 juta. Perdagangan dengan Brasil mengalami defisit, yang terutama disebabkan oleh impor gula dan kembang gula (HS 17) sebesar USD 196,2 juta, ampas dan sisa industri makanan (HS 23) sebesar USD 159 juta, serta kapas (HS 52) sebesar USD 29,4 juta.
Pada bulan Desember 2024, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan dengan India sebesar USD 1.023,2 juta, dengan ekspor sebesar USD 1.416,1 juta dan impor USD 392,9 juta. Salah satu penyumbang surplus terbesar adalah ekspor lemak dan minyak hewan atau nabati yang tercatat USD 118,5 juta. Dengan Filipina, Indonesia juga mencatatkan surplus sebesar USD 641 juta, dengan ekspor USD 773,6 juta dan impor USD 132,6 juta. Salah satu penyumbang surplus terbesar adalah lemak dan minyak hewan/nabati yang tercatat USD 48,1 juta.