Bisnissawit.com – Bursa CPO Indonesia memiliki prospek cerah di masa depan. Namun, kinerjanya saat ini masih membutuhkan penguatan. Sepanjang 2024, volume transaksi CPO futures di bursa ini mencapai 28.613 lot atau setara 143.065 metrik ton.
Melansir Media Perkebunan, hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Tirta Karma Senjaya, saat berbicara di Tangerang Selatan, Banten, Senin (27/1/2025). Tirta menilai capaian tersebut cukup menggembirakan, meskipun transaksi fisik masih perlu dioptimalkan.
“Kami akan terus mendorong kinerja Bursa CPO agar transaksi semakin transparan, likuid, dan terpercaya,” ujar Tirta.
Untuk memperkuat perdagangan berjangka komoditi di tahun 2025, Bappebti telah menetapkan langkah-langkah strategis. Tirta menjelaskan, pihaknya akan mengoptimalkan implementasi Sistem Resi Gudang (SRG) dan mengembangkan Pasar Lelang Komoditas (PLK). Selain itu, Bappebti akan memperkuat transaksi multilateral berbasis komoditas unggulan seperti produk turunan minyak kelapa sawit.
Sebagai informasi, Bursa CPO Indonesia resmi didirikan pada 23 Oktober 2023 oleh Menteri Perdagangan saat itu, Zulkifli Hasan. Legalitas bursa ini diatur melalui Peraturan Bappebti Nomor 7 Tahun 2023 tentang Tata Cara Pelaksanaan Perdagangan Pasar Fisik Minyak Sawit Mentah di Bursa Berjangka.
Pelaksanaan perdagangan di Bursa CPO dikelola oleh PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) atau Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX). Dengan potensi besar yang dimiliki, pemerintah berharap penguatan bursa ini dapat mendukung transparansi dan efisiensi perdagangan CPO nasional.