14 Mei 2025
Share:

Bisnissawit.comPasar saham Indonesia kembali menunjukkan performa negatif setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi tajam pada perdagangan kemarin. IHSG ditutup melemah 0,57% ke level 6.598,21, menghentikan tren kenaikan selama tiga hari sebelumnya.

Meski pasar sedang bergejolak, beberapa saham justru mencatatkan kinerja positif. Dilansir dari CNBC Indonesia Research ada dua emiten sektor perkebunan yang tetap tangguh dan berpotensi mencetak keuntungan lebih lanjut yakni PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dan PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA).

LSIP: Kinerja Keuangan Kinclong, Saham Menanjak PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit dan karet, menikmati dampak positif dari kenaikan harga CPO (minyak kelapa sawit) sebesar 18% pada kuartal IV 2024.

LSIP mencatatkan:

  • Penjualan naik 9% year-on-year (yoy) menjadi Rp4,56 triliun.
  • Laba bruto meningkat 73% yoy ke Rp1,99 triliun.
  • Laba usaha melonjak 104% yoy menjadi Rp1,55 triliun.
  • Laba bersih naik 94% yoy ke angka Rp1,48 triliun.

Meski produksi CPO menurun 2% yoy menjadi 287 ribu ton karena penurunan pasokan TBS eksternal, saham LSIP tetap menunjukkan tren naik. Saat ini, harga sahamnya berada dalam jalur uptrend dengan target resistance di Rp1.200 hingga Rp1.300, dan support di kisaran Rp1.065.

JAWA: Potensi Rebound di Tengah Reli Harga Sawit PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA), anak usaha PT Sarana Agro Investama, juga menikmati dampak positif dari reli harga CPO.

Dalam sebulan terakhir, saham JAWA naik sekitar 12%. Kenaikan ini memberi peluang bagi JAWA untuk membalikkan kinerja keuangan dari rugi menjadi untung.

Secara teknikal, saham JAWA memiliki level support di Rp86–Rp92 dan resistance di area Rp120–Rp150. Bila momentum positif terus berlanjut, bukan tak mungkin JAWA menembus hingga Rp200 per saham.

Baca Juga:  NSSS Umumkan RUPS 2025, Prediksi Harga CPO Bertahan di Level Tinggi