Bisnissawit.com – Ganoderma masih menjadi ancaman serius bagi industri kelapa sawit, menyebabkan kerusakan pada tanaman dan mengurangi produktivitas perkebunan. Meskipun telah lama diidentifikasi sebagai penyakit yang berbahaya, hingga kini upaya penanggulangannya masih terus dilakukan untuk melindungi keberlanjutan sektor ini.
“Sejak saya kuliah, penyakit ini sudah dianggap berbahaya bagi kelapa sawit. Kini, sebagai Direktur Perbenihan Perkebunan, saya melihat situasinya tetap sama,” ujar Direktur Perbenihan Perkebunan, Ebi Rulianti, SP, M.Sc, dalam 2nd ISGANO 2025, Rabu (5/2/25).
Sebagai langkah penanggulangan, telah dilepas 10 varietas benih kelapa sawit dengan ketahanan moderat terhadap Ganoderma. Namun, harga kecambah dan benih siap salur dengan ketahanan ini cenderung lebih tinggi. Oleh karena itu, perlu sosialisasi kepada petani di daerah endemis Ganoderma agar beralih menggunakan benih ini.
“Harga benih siap salur Rp60.000 per batang mungkin terlihat mahal. Namun, jika dibandingkan dengan potensi umur tanaman yang bisa mencapai 30 tahun, ini justru investasi yang menguntungkan. Jika menggunakan benih non-tahan Ganoderma, risiko kerugian lebih besar karena umur tanaman lebih pendek,” jelas Ebi.
Ditjen Perkebunan mendorong para pemulia untuk terus berinovasi dalam menghasilkan benih sawit yang lebih tahan terhadap Ganoderma. Salah satu inisiatif yang didorong adalah penelitian eksplorasi sumber daya genetik kelapa sawit dari Tanzania, yang didanai oleh BPDPKS.
Saat ini, beberapa ratus aksesi tengah menjalani proses karantina dan diperkirakan dapat masuk pada Maret 2025. Genetik dari Tanzania ini diharapkan menjadi sumber pemuliaan benih sawit yang lebih tahan terhadap penyakit. Pasalnya, beberapa tanaman kelapa sawit di Tanzania telah berusia lebih dari 40 tahun tetapi tetap memiliki produktivitas tinggi.
Selain itu, Ditjenbun juga menggagas penelitian untuk mendatangkan serangga penyerbuk baru karena Elaeidobius kamerunicus, yang saat ini digunakan, dianggap mengalami penurunan efektivitas. Saat ini, proses perizinan dari Menteri Pertanian sedang berlangsung untuk mengimpor serangga penyerbuk tersebut.
Ebi juga mengapresiasi pelaksanaan 2nd ISGANO, yang menampilkan berbagai teknologi pengendalian Ganoderma. Diharapkan, teknologi ini dapat diakses oleh petani dengan harga terjangkau agar penerapannya lebih luas.
Tahun ini, Kementerian Pertanian fokus pada program swasembada pangan dan peningkatan ekspor. Perusahaan perkebunan sawit pun didorong untuk menanam padi gogo. Namun, perhatian terhadap industri sawit tetap besar, mengingat perannya sebagai penyumbang devisa terbesar bagi negara.
Selain Ganoderma, permasalahan lain yang dihadapi sektor kelapa sawit adalah maraknya peredaran benih ilegitim yang dijual di lokapasar. Padahal, dari 21 produsen kecambah resmi, tidak ada yang memasarkan produknya di platform tersebut. Proses pembelian kecambah sawit harus melalui mekanisme resmi dengan Surat Persetujuan Penyaluran Benih Kelapa Sawit (SP2BKS).
Saat ini, produksi kecambah dari 21 produsen resmi mencapai 200.000 butir, sedangkan peredaran kecambah ilegitim mencapai 80 juta butir atau hampir 40% dari total pasar.
Ditjenbun telah membentuk gugus tugas bersama produsen kecambah, asosiasi lokapasar, dan Kementerian Perdagangan untuk menurunkan kata kunci serta tautan penjualan benih ilegitim. Langkah ini berhasil mencegah potensi kerugian hingga Rp85 miliar.
Untuk meningkatkan akses petani terhadap benih berkualitas, Ditjenbun telah meluncurkan aplikasi Babebun. Melalui aplikasi ini, petani dapat mengetahui lokasi penangkar benih yang telah mendapatkan izin dan lulus uji kompetensi dari Ditjenbun di wilayah mereka.