10 Oktober 2024
Share:

Bisnissawit.com – Sebagai produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia bergantung pada petani kecil untuk 41% produksinya, yang secara signifikan berkontribusi terhadap pangsa pasar global negara ini sebesar 59%.

Dengan berkembangnya peraturan dan standar yang ditujukan untuk mengatasi perubahan iklim dan pembukaan hutan, meningkatnya keadaan mendesak bagi perusahaan dan pemerintah untuk memastikan bahwa langkah-langkah yang perlu diambil sehingga dapat menyesuaikan dengan perubahan ini.

PT REA KALTIM PLANTATIONS (REA) dan mitra perusahaannya menyadari bahwa petani mandiri menghadapi tantangan yang cukup besar dalam menjalankan kegiatan sehari-hari mereka sembari berusaha untuk meningkatkan hasil panen dan juga mematuhi peraturan yang semakin ketat.

Akibatnya, petani mandiri dapat dibayangkan semakin terpinggirkan dari rantai pasok minyak kelapa sawit dikarenakan kurangnya kapasitas dan sumber daya untuk mematuhi peraturan yang akan datang, sehingga mengakibatkan produktivitas dan keuntungan mereka semakin menurun.

Menanggapi masalah ini, REA dan mitranya meluncurkan program baru yaitu SHINES (SmallHolder INclusion for Ethical Sourcing), yang akan dilaksanakan di tahun 2025 hingga 2027. Program SHINES bertujuan untuk mendorong perubahan transformatif dalam industri minyak kelapa sawit dengan merangkul tanggung jawab bersama dan mendorong inklusivitas di seluruh rantai nilai.

Melalui kolaborasi antara REA dan mitra perusahaannya, SHINES berkomitmen untuk memberdayakan petani mandiri dengan mengadopsi pendekatan inklusif untuk mencapai kepatuhan terhadap peraturan dan memenuhi persyaratan pasar seperti Peraturan Deforestasi Uni Eropa (EUDR).

Program ini akan mencakup pelatihan teknis, transfer pengetahuan, dan peningkatan kapasitas dan keterampilan untuk meningkatkan praktik perkebunan yang baik dan pengelolaan terbaik yang berkelanjutan sesuai dengan peraturan dan standar terkait.

“Bagi petani swadaya, kepatuhan terhadap peraturan dapat dilihat sebagai tantangan yang sangat berat. SHINES mengatasi hal ini dengan membekali mereka dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk memenuhi peraturan yang terus berkembang, seperti EUDR.

Baca Juga:  Daftar Perguruan Tinggi Program Beasiswa Kelapa Sawit 2024

RSPO dengan bangga mendukung inisiatif seperti SHINES yang mengemban tanggung jawab bersama dalam mencapai visi produksi minyak sawit berkelanjutan, sekaligus menjaga penghidupan petani mandiri serta meningkatkan peran mereka dalam rantai pasok,” kata Joseph D’Cruz, CEO RSPO dari keterangan tertulis yang diterima Media Bisnis Sawit.

Program ini menargetkan untuk melibatkan pemangku kepentingan terkait di sepanjang rantai pasok REA, mulai dari petani mandiri dan pengolah TBS (oleh REA) hingga perusahaan penyulingan dan perusahaan yang memproduksi barang kebutuhan sehari-hari (FMCG), untuk memastikan bahwa setidaknya 600 petani mandiri di sekitar perkebunan REA di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, memenuhi kepatuhan EUDR dan sertifikasi RSPO, secara bertahap hingga tahun 2027.

Program SHINES lebih dari sekedar memenuhi kepatuhan regulasi dengan mengambil pendekatan holistik. Program ini bertujuan untuk menjaga dan melestarikan hutan di sekitarnya, melindungi ekosistem alami, dan meningkatkan konektivitas keanekaragaman hayati di bentang alam. Hal ini dapat dicapai dengan mempromosikan praktik perkebunan berkelanjutan.

Upaya bersama REA dan mitra perusahaannya juga akan bekerja untuk meningkatkan mata pencaharian masyarakat melalui premi yang mereka terima dari hasil penjualan tandan buah kelapa sawit. Dr. Bremen, selaku Direktur Utama REA Urusan Keberlanjutan.

“Keterlibatan petani mandiri adalah kunci pembangunan berkelanjutan. SHINES membawa contoh bisnis yang kuat yang dapat menyatukan para pemangku kepentingan untuk mendorong perubahan positif di seluruh rantai nilai,” terangnya.

SHINES memiliki empat fokus area utama: memastikan kepatuhan EUDR dan sertifikasi RSPO untuk 600 petani swadaya, berkolaborasi dengan masyarakat-petani kecil untuk melindungi hutan sekitar 10.000 hektar di luar konsesi REA, dan melaksanakan program mata pencaharian alternatif bagi masyarakat di 6 desa sasaran.

Baca Juga:  Integrasi Kebijakan Tata Kelola Kelapa Sawit yang Berkelanjutan

Sebagai bagian dari acara peluncuran, dilakukan obrolan santai untuk membahas tantangan dalam memenuhi kepatuhan EUDR yang dihadapi oleh petani mandiri. Sehingga RSPO, REA, Control Union, dan mitra perusahaan dapat membagikan sudut pandang dan pengalaman mereka tentang bagaimana perusahaan dapat mendukung petani mandiri dalam menyesuaikan diri dengan persyaratan peraturan yang terus berkembang sembari tetap mempertahankan produktivitas dan keuntungan.

Melalui Program SHINES dapat menciptakan lingkungan yang memungkinkan petani mandiri agar tetap menjadi bagian penting dari rantai pasok minyak kelapa sawit berkelanjutan secara global.

Peluncuran SHINES oleh REA dan mitra perusahaannya menjadi tanda dimulainya kolaborasi yang bermakna di antara para pelaku rantai pasokan minyak kelapa sawit.

“Program SHINES merupakan langkah maju yang signifikan dalam upaya kami untuk mengembangkan industri minyak kelapa sawit yang berkelanjutan dan inklusif. Melalui kolaborasi dengan para mitra dan petani swadaya kami, kami bertujuan untuk mempromosikan inklusivitas dan memberikan dampak positif pada lingkungan dan masyarakat yang bergantung pada budidaya kelapa sawit untuk mata pencaharian mereka,” ujar Presiden Direktur REA, Luke Robinow. (*)