27 Februari 2024
Share:

Bisnissawit.comMinyak sawit dikenal menjadi penyumbang ekspor terbesar di Indonesia dengan kontribusi ekspor sekitar 12% dan naik ketika Covid-19 pada 2020, namun ekspor crude palm oil (CPO) dan palm kernel oil (PKO) dari tahun 2022 ke 2023 mengalami penurunan 2,38% dari 33,15 juta ton di tahun 2022 menjadi 32,21 ton di tahun 2023, justru kenaikan terjadi pada ekspor biodesel dan eleokimia yang masing-masing sebesar 29 ribu ton dan 395 ton.

“Memang ekspor kita sedikit turun tapi yang dominan soal faktor harga, itu yang sangat mempengaruhi sehingga devisa kita turun sekitar 9 US$,” jelas Ketua GAPKI Eddy Sumartono di Mid Plaza, Jakarta pada Selasa (27/2/24).

Penurunan ekspor yang besar terjadi untuk tujuan EU yakni sebesar 11,6% dari 4,13 juta ton di 2022 mejadi 3,70 juta ton di tahun 2023, sebaliknya ekspor untuk tujuan Afrika naik sebesar 33% dari 3.183 ribu ton menjadi 4.232 ribu ton, di China juga mengalami kenaikan dari 23% yakni 6.280 ribu ton menjadi 7.736 ribu ton, di India naik 8% dari 5.536 ribu ton menjadi 5.966 ribu ton dan USA naik 10% dari 2.276 ribu ton menjadi 2512 ribu ton.

Di tahun 2022 dibandingkan 2021 ekspor meningkat untuk India, Pakistan dan Bangladesh. Namun menurun untuk tujuan China dan EU. Kemudian di 2023 dibandingkan dengan 2022 ekspor meningkat untuk tujuan India, China, Afrika, Amerika dan Bangladesh, namun menurun untuk EU dan Pakistan.

“Saya sampaikan di sini, untuk China adalah importir terbesar minyak sawit Indonesia saat ini, saya waktu 2022 akhir menandatangani MoU setelah kunjungan Bapak Presiden Joko Widodo ke China kita di ekspor ditingkatkan menjadi 1 juta ton, karena terjadi penurunan dari China,” sambung Eddy.

Baca Juga:  Jaga Stok Beras, Pemerintah Siapkan Tumpang Sari Padi di Kebun Kelapa Sawit

Pada 2021 China mengekspor hingga 6,647 juta ton, di 2022 turun menjadi 6,228 juta ton dan di 2023 meningkat menjadi 7,7 juta. Eddy mengucapkan syukur dengan kondisi ini walaupun sempat pesimis saat menandatangani MoU sudah hampir pertengahan tahun dan kenaikkan eksor baru terjadi 250 ribu ton.

“Ternyata sampai dengan akhir Desember 2023 sudah mendekati ke angka di tahun 2019, yaitu 8 juta ton,” tambahnya. Angka ini masih bisa terus bertambah lagi namun segala stakeholder kelapa sawit harus mampu mengahadapi tantangan di 2024. (AD)