2 Maret 2025
Share:

Bisnissawit.com – Penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB) yang disebabkan oleh Ganoderma boninense secara signifikan mengurangi produktivitas dan masa hidup kelapa sawit, sehingga berpotensi mengganggu ekspor minyak sawit Indonesia yang menjadi salah satu sumber utama devisa negara.

Henny Hendrarjanti, praktisi dari P3PI, dalam 2nd ISGANO 2025 menyatakan bahwa selama lebih dari delapan dekade, BPB telah menjadi ancaman serius bagi industri kelapa sawit.

Menurut kajian Olaniyi dan Szulczyk (2020), jika tidak dikendalikan, penyakit ini berpotensi merusak hingga 860.610 hektare lahan kelapa sawit produktif pada tahun 2040.

Di Indonesia, dampaknya sangat signifikan, menyebabkan penurunan hasil panen akibat kematian tanaman yang mencapai lebih dari 50%. Kehilangan kelapa sawit diperkirakan mencapai 30-40% dalam 12 tahun pertama setelah penanaman dan lebih dari 50% setelah 25 tahun di daerah yang terdampak.

Jika lebih dari 10% tanaman mati, maka hasil panen turun sekitar 0,16 ton Tandan Buah Segar (TBS) per hektar untuk setiap tambahan pohon sawit yang mati.

Selain itu, masa bera selama satu tahun sebelum dilakukan penanaman kembali menyebabkan kehilangan hasil kumulatif sebesar 4% karena periode tersebut tidak produktif.

Namun, tingkat infeksi dapat dikurangi dari 30% menjadi 3-6% dalam sembilan tahun setelah tanam melalui penerapan strategi pengendalian yang tepat.

Karakteristik dan Penyebaran Ganoderma boninense

Ganoderma boninense adalah cendawan pelapuk putih yang mampu mendegradasi lignin pada kayu. Jamur ini termasuk dalam kelas Basidiomycetes dan famili Ganodermataceae.

Spesies ini sangat virulen dan merupakan penyebab utama BPB pada kelapa sawit. Mengenali gejala awal dan memahami penyebaran Ganoderma sangat penting untuk mencegah serangan lebih lanjut dan mencegah penyebaran ke area lain.

Baca Juga:  Forum Pemuda Sawit Indonesia Buka Pendaftaran Anggota

Saat proses peremajaan kebun, Ganoderma membentuk dinding pertahanan diri yang disebut pseudosklerotium, yang berfungsi sebagai mekanisme perlindungan. Dalam bentuk resting body, jamur ini belum menjadi parasit karena belum menemukan inang.

Oleh karena itu, perlakuan biologis diperlukan untuk mengurai biomassa kelapa sawit, seperti batang, pelepah, dan akar yang telah terinfeksi Ganoderma, menggunakan metode enzimatik agar proses degradasi lignin-selulosa berjalan secara berkelanjutan.

Salah satu agen biologis yang bermanfaat dalam proses ini adalah Trametes lactinea, cendawan pelapuk putih dari kelompok Hymenomycetes, yang berperan dalam memecah lignin-selulosa. Jamur ini bersifat non-patogen terhadap kelapa sawit dan dapat digunakan sebagai agen pengendali hayati untuk BPB.

Ciri Morfologi Ganoderma boninense

Pada tahap awal, struktur buah (basidiocarp) dari Ganoderma boninense biasanya berwarna putih. Seiring pertumbuhan yang cepat, permukaan atasnya berubah menjadi warna kuning kecoklatan dengan pola zona konsentris. Tubuh buahnya cenderung besar, berkayu, dan pada batang kelapa sawit yang terinfeksi, sering membentuk pola seperti kipas yang mengandung spora berdinding ganda. Lapisan dalam dari spora ini memiliki warna yang bervariasi, mulai dari kuning hingga coklat.

Koloni Ganoderma boninense dapat dikenali secara morfologis melalui warna putih pada permukaannya dan pigmen gelap di bagian belakang. Ketika dikulturkan dalam kondisi gelap, koloni ini akan membentuk permukaan bergelombang yang menyerupai lengkungan pada media agar.

Dari segi pertumbuhan, Ganoderma berkembang optimal pada suhu sekitar 30°C dan dapat bertahan dalam rentang pH 3 hingga 8,5. Namun, pertumbuhannya sangat terhambat pada suhu 15°C dan 35°C, serta tidak dapat bertahan di atas suhu 40°C.