9 Desember 2024
Share:

Bisnissawit.com – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyambut baik rencana Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk meningkatkan baku mutu pengelolaan limbah cair di industri kelapa sawit.

Peningkatan ini dinilai mampu mendukung pengurangan emisi karbon melalui pemanfaatan limbah cair yang lebih optimal, terutama dengan penerapan land application (LA).

Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono, menjelaskan bahwa metode land application, yaitu teknik mengalirkan limbah cair melalui sistem parit ke kebun kelapa sawit, dapat membantu mengurangi penggunaan pupuk kimia.

“Dengan standar Biochemical Oxygen Demand (BOD) di bawah 5.000 mg/L, namun minimal 2.000 mg/L, kandungan bahan organik tetap layak untuk diaplikasikan di kebun tanpa membahayakan lingkungan,” kata Eddy di Jakarta, Senin (9/12/2024).

Lebih lanjut, Eddy menegaskan bahwa teknologi methane capture, yang berfungsi menangkap gas metana dari limbah cair, sebaiknya tidak diwajibkan bagi pabrik kelapa sawit (PKS) yang memanfaatkan limbah cair untuk land application.

“Namun, jika digunakan untuk keperluan energi, teknologi ini tentu tetap relevan,” tambahnya.

Sementara itu, untuk PKS tanpa kebun, regulasi yang mewajibkan pengolahan limbah hingga memiliki BOD di bawah 100 mg/L sebelum dibuang ke badan air dianggap sudah tepat. Eddy mendukung regulasi ini demi menjaga kualitas lingkungan perairan.

Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menjelaskan bahwa baku mutu limbah cair yang dihasilkan oleh industri sawit akan disesuaikan dengan tujuan pemanfaatannya. “Industri yang memanfaatkan land application boleh memiliki BOD hingga 2.000 mg/L, karena limbah cairnya akan digunakan sebagai pupuk di kebun.

Namun, bagi industri yang membuang limbah cairnya ke sungai, BOD wajib di bawah 100 mg/L. Pelanggaran terhadap ketentuan ini akan berdampak pada pencabutan izin operasional,” jelas Hanif.

Baca Juga:  Warga Bogor Tumpah Ruah, Acara SKENA Berlangsung Meriah

Dengan regulasi baru ini, diharapkan industri sawit dapat lebih mendukung keberlanjutan lingkungan sekaligus meningkatkan efisiensi operasional melalui pengelolaan limbah cair yang inovatif.

Langkah ini juga menjadi bagian dari upaya bersama untuk mengurangi jejak karbon sektor sawit Indonesia.