Bisnissawit.com – Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) diprediksi sedang memasuki tren kenaikan jangka pendek. Di sisi lain, proyeksi produksi CPO juga menunjukkan arah yang positif, diperkirakan akan terus meningkat hingga September 2025, setelah sebelumnya mencatat pertumbuhan selama tiga bulan berturut-turut hingga Mei.
Mengutip laporan dari metrotvnews.com, Jumat (4/7/25) lonjakan produksi ini ditopang oleh cuaca yang mendukung serta berjalannya program peremajaan kelapa sawit secara konsisten. Meski demikian, tekanan pada harga masih dapat diredam berkat peningkatan permintaan ekspor yang cukup signifikan.
Herditya Wicaksana, selaku Kepala Riset MNC Sekuritas, menilai bahwa tren kenaikan harga CPO memberikan dampak positif pada saham-saham emiten sawit, termasuk di antaranya PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA). Ia merekomendasikan strategi “Buy if Break”, dengan level support di angka Rp171 dan resistance pada Rp190 per saham, serta target harga antara Rp200 hingga Rp212.
“Untuk saat ini, saham-saham CPO lebih cocok untuk pendekatan investasi jangka pendek, mengingat gerak harganya yang masih dalam fase konsolidasi,” ujar Herditya dalam keterangannya, Selasa (17/6/2025).
Dari sisi fundamental, Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk, Reza Priyambada, melihat adanya peningkatan kinerja keuangan JAWA pada kuartal I 2025 yang cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Emiten ini berhasil membalik kerugian menjadi laba sebesar Rp21,6 miliar.
Reza menjelaskan bahwa pertumbuhan tersebut terutama disebabkan oleh naiknya harga jual dan volume penjualan minyak sawit sebagai komoditas utama perusahaan. Ia optimis bahwa stabilnya harga CPO ke depan akan terus menopang performa emiten sawit.
Meski demikian, Reza mengingatkan bahwa kinerja saham CPO masih sangat sensitif terhadap fluktuasi harga global dan permintaan pasar. Selain itu, kebijakan pemerintah terkait biodiesel dan hambatan ekspor dari negara tujuan juga berpotensi memengaruhi harga serta prospek saham di sektor ini.
“Untuk rencana jangka panjang, investor perlu mempertimbangkan prospek industri sawit secara menyeluruh. Mengingat produk turunan CPO banyak digunakan di sektor ritel, konsumer, hingga kosmetik, potensi permintaannya masih sangat besar,” ujar Reza.
Ia juga menegaskan bahwa karena harga CPO bersifat fluktuatif, investasi pada sektor ini perlu disesuaikan dengan kondisi dan sentimen pasar yang berkembang.
“Jadi, strategi investasi di saham sawit harus tetap fleksibel dan penuh perhitungan,” pungkasnya. (*)