20 Desember 2024
Share:

Bisnissawit.com – Harga CPO atau crude palm oil semakin turun drastis dalam dua pekan ini. Penurunan ini terjadi dalam pasar domestik maupun di pasar global, Jumat (20/12/2024).

Dikutip dari Media Perkebunan, telah tercatat harga CPO turun lagi dari hasil tender PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) periode Rabu (18/12/2024) dan Kamis (19/12/2024). Harga CPO turun lebih dari Rp 250 per kilogram. Sehingga harga CPO merosot kisaran harga Rp 14.600-an per kilogram.

Gunawan Benjamin dan Wahyu Ario Pratomo, seorang ahli ekonomi sekaligus akademisi dari kota Medan, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) memberikan tanggapan dan saran yang kritis, Jumat (20/12/2024).

Dosen dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (FE-USU), Wahyu Ario Pratomo menyampaikan kemerosotan harga CPO seharusnya menjadi momentum bagi para pemangku kepentingan industri sawit nasional. Seperti Pemerintah harusnya mengencangkan hilirisasi sawit yang kini telah berjalan.

Wahyu Ario mengatakan, Indonesia harus bisa membuat banyak produk turunan dari sawit. Selain produk turunan yang sudah ada selama ini. Sehingga mau tak mau volume ekspor CPO bisa terus ditekan. Kebijakan ini akan berdampak dua hal yakni konsumsi sawit di dalam negeri melalui ratusan produk turunan akan semakin meningkat dan plus negara-negara asing akan berinvestasi di Indonesia untuk mendapatkan minyak sawit.

“Kalau kita sudah bisa memanfaatkan CPO kita sendiri, China atau negara lainnya akan datang dan investasi di Indonesia. Ini sama kasusnya dengan kebijakan kita dengan komoditas lain seperti nikel. Negara lain akhirnya investasi smelter nikel di Indonesia,” tutur Wahyu Ario.

Wahyu Ario berpendapat, sikap ngotot seperti itu sangat perlu, mengingat sudah sangat lama harga CPO ditentukan oleh negara luar, tepatnya sejak zaman Hindia-Belanda. Padahal Indonesia adalah pemilik dan produsen sawit terbesar di dunia.

Baca Juga:  Ini Dia Daftar Terbaru Harga TBS Kelapa Sawit Provinsi Riau 15 - 21 Mei 2024

Petani dan Minyak Goreng 

Sementara itu, ahli ekonomi dari kampus Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Gunawan Benjamin, mengamati dari sisi dampak perkembangan harga CPO ke para petani sawit dan harga minyak goreng secara umum.

“Sangat disayangkan, petani sawit harus kehilangan kesempatan mendulang untung dari kenaikan harga CPO yang sempat menyentuh RM 5.140-an per ton pada 9 Desember 2024,” ujar Gunawan Benjamin.

Gunawan Benjamin mengatakan, harga CPO malah terjun bebas dan harga transaksi di kisaran level RM 4.550 per ton atau turun sekitar 12 persen hanya dalam kurun waktu 10 hari. 

Gunawan Benjamin menduga penurunan harga CPO di pasar internasional dipicu oleh sejumlah sentimen, kabar penurunan kinerja ekspor minyak sawit belakangan ini. Hal ini serupa seperti panen kacang kedelai di Brazil yang akan lebih baik di tahun depan. 

“Dan saya melihat penurunan harga CPO ini berpeluang menekan harga produk turunannya, dalam hal ini minyak goreng berbasis sawit yang banyak digemari di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia,” kata Gunawan Benjamin.

Ia mengamati dalam sepekan terakhir, harga rata-rata minyak goreng curah di Sumatera utara bertahan di kisaran Rp 19.500 per kg. Harga ini berdasarkan hasil pemantauan lewat Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) yang dibentuk oleh Bank Indonesia (BI). 

“Harga minyak goreng curah berpeluang turun ke depan seiring dengan terkoreksinya biaya produksi minyak goreng itu sendiri. Ini kabar baik bagi masyarakat kita sebagai konsumen minyak goreng, namun justru menjadi kabar buruk bagi petani kita,” ujar Gunawan Benjamin.

Gunawan menilai Harga CPO yang merosot ini, justru tidak merosot terlalu dalam karena di saat yang sama mata uang Rupiah melemah. Dengan demikian mampu menahan kejatuhan harga sawit terlalu dalam. 

Baca Juga:  Harga TBS Meroket di Provinsi Riau Periode 11-17 Desember 2024

Menurutnya, kinerja mata uang Rupiah pada perdagangan Jumat sempat menyentuh Rp 16.300 per US Dollar, sehingga mengkompensasi kejatuhan pada harga CPO di pasar global. 

“Dengan pelemahan Rupiah serta memburuknya harga CPO, harga minyak goreng curah berpeluang turun di bawah level Rp 19.000 per kg,” tutur Gunawan Benjamin.

Gunawan Benjamin mengaku belum bisa memprediksi bagaimana kinerja harga minyak sawit di 2025. Ia sependapat dengan Wahyu Ario Pratomo tentang sejumlah langkah penyelamatan harga akan sangat bergantung dengan langkah dan kebijakan Pemerintah Pusat. 

“Termasuk bagaimana upaya Pemerintah dalam mendorong penggunaan sawit sebagai bahan campuran bahan bakar minyak (BBM) seperti biodiesel dan bioavtur. Oleh sebab itu, sisi eksternal, perlambatan ekonomi serta sejumlah kebijakan dari negara lain berpeluang menekan harga CPO kita nantinya,” tegas Gunawan Benjamin.