30 Oktober 2024
Share:

Bisnissawit.com – Puluhan Grant Riset Sawit yang dibiayai BPDPKS menarik perhatian investor, dari hasil valuasi Asosiasi Inventor Indonesia ada 275 invensi, yang siap komersialiasi 46, sedang yang diminati calon investor ada 26.

Hal ini disampaikan Ketua Umum Asosiasi Inventor Indonesia Didiek Hadjar Goenadi. Ia mengatakan, masalah yang dihadapi dalam komersialisasi Grant Riset Sawit adalah rendahnya kesesuaian teknologi dengan kebutuhan pasar (industri).

Contohnya teknologi produksi emulsifier dari minyak sawit , inventor menghasilkan dalam bentuk pasta sedang investor ingin dalam bentuk tepung. Reformulasi dari pasta jadi tepung perlu waktu lama.

Rendahnya tingkat kesiapan teknologi, memiliki nilai ekonomi yang prospektif namun aplikasi di industri belum siap, Contoh produksi bahan antistatis dari PFAD.

Rendahnya tingkat komponen dalam negeri, contoh prospek industrialisasi cukup tinggi untuk produksi bioetanol dan wood powder untuk co firing, namun peralatan produksi sebagian besar masih impor.

Nilai tingkat kesiapan teknologi tinggi tetapi belum sesuai untuk skala industri. Dibutuhkan tahap validasi untuk meyakinkan calom investor dengan melakukan uji lapangan yang melibatkan tim uji independen. Contoh teknologi lemak kalsium untuk pakan sapi perah.

Potensi pasar asumsi periset tidak sesuai dengan realitas. Contoh teknologi briket densifikasi-torekasi cangkang kelapa sawit dan beton ringan dari cangkang kelapa sawit.

Harga jual briket terlalu mahal dibanding batu bara meskipun nilai kalornya lebih tinggi dan bahan baku sulit diperoleh sehingga tidak berkelanjutan.

Rendahnya komitmen periset dalam bentuk respon lambat dan kurang profesional, tim periset bubar setelah riset selesai dengan laporan akhir/publikasi ilmiah; kurang peduli dengan keperluan komersialisasi hasil riset yang dijanjikan.Regulasi pemerintah yang menghambat contohnya teknologi menjadikan batang kelapa sawit sebagai veneer plywood.

Regulasi kementan mewajibkan batang kelapa sawit pada areal PSR dicincang dan dibenam sehingga tidak ada yang berani menjual batangnya. Rumitnya proses legal di lembaga pengusung, contohnya teknologi produksi furfural dari tandan kosong kelapa sawit, UI minta AII ikut menandatangani Non Disclosure Agreement sehingga prosesnya lebih lama.

Baca Juga:  Produksi dan Ekspor Minyak Sawit Alami Penurunan

Menghadapi situasi ini yang dilakukan AII adalah untuk produksi furfural dari tandan kosong kelapa sawit, calon investor pertama terkait masalah internal dan digantikan dengan calon investor kedua yang lebih spesialis dalam produk yang ditawarkan.

Saat ini sedang konstruksi fasilitas produksi skala pra komersial sebagai validasi teknologi antara FT UI-PT Zekindo –AII).

Lemak kalsium untuk sapi perah, calon investor memerlukan keyakinan bahwa produk yang ditawarkan efektif dan prospektif pasarnya sehingga perlu dilakukan validasi teknologi pada skala komersial. Dilakukan pada Koperasi Sapi Perah Bandung Selatan bersama periset dari Unpad, FTK ITB- PT Mahesi- AII.

Sementara itu pemanfaatan batang kelapa sawit sebagai veneer plywood, diupayakan dukungan rekomendasi dari Ditjenbun, sehingga diterbitkan surat edaran untuk penggunaan batang kelapa sawit guna mendukung hasil riset ini.

Sudah ada order 300 m3 untuk pasar ekspor dari target 300 m3/hari, kerjasama PPKS-PT CAM-AII.Produk marka jalan dari limbah sawit, dilakukan validasi teknologi dengan pengujian skala komersial bersama pihak terkait termasuk calon investor di jalan tol Bakauheni-Terbanggi menggantikan produk konvensional eks impor, FTK ITB-PT Hakaaston-AII.

Penerbitan NDA antara inventor dengan calon investor dari Swiss untuk teknologi alat pengukur kematangan TBS langsung di pohon (Unand-Badak GBMH-AII). (*)