22 Juli 2024
Share:

Bisnissawit.com – Saat ini luasan kelapa sawit Indonesia mencapai 16 juta hektare, dengan adanya ancaman krisis pangan dan energi sudah seharusnya perkebunan kelapa sawit menjadi bagian dari solusi. Hal ini bisa diwujudkan melalui pola integrasi.

Ketua Rumah Sawit Indonesia (RSI), Kacuk Sumarto menyampaikan dalam paparannya pada agenda Webinar Perkebunan Berkelanjutan (11/7) bahwa perkebunan kelapa sawit harus dikembangkan dengan model terintegrasi.

Dimana lahan perkebunan juga dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman pangan, hortikultura, perikanan air tawar dan peternakan.

“Pada awal penanaman di areal perkebunan dapat ditanami tanaman pangan dan horti seperti jagung, padi gogo, sorgum atau semangka yang dapat dikembangkan sampai tanaman menghasilkan. Lalu dikembangkan peternakan sapi yang dikelola dengan sistem koloni yang kotorannya dapat diolah menjadi kompos serta biogas. Pada bagian tertentu kebun dapat dikembangkan embung yang nanti bisa dimanfaatkan sebagai sumber air penyiraman dan tempat pemeliharaan ikan. Sehingga perkebunan sawit bisa menjadi sumber penyediaan pangan dan energi,” jelas Kacuk.

Pola pengembangan perkebunan teringrasi diharapkan menjadi model yang direkomendasikan pada perkebunan rakyat sehingga bisa juga berdampak pada peningkatan pendapatan dan ketahanan energi serta pangan.

Pada kesempatan itu, Ketua RSI menekankan pentingnya keberlanjutan usaha perkebunan rakyat melalui pengembangan korporasi petani.

Perlu ada penguatan kelembagaan sehingga produksi dari pola integrasi dapat dipasarkan dan memberikan penghasilan melalui kemitraan dengan offtaker.

Selain itu RSI akan memfasilitasi koperasi petani untuk dapat bekerjasama dengan swasta dalam hal pengembangan PKS atau kerjasama pembelian TBS dan juga pengembangan industri minyak goreng merah, dengan tujuan mewujudkan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan. (*)

Baca Juga:  BPDPKS Dukung Pengembangan Produk Hilir Sawit