Bisnissawit.com – Kementerian Pertanian menggandeng Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) untuk menjalankan program tumpang sari padi di perkebunan sawit, program ini bertujuan untuk menambah produksi beras yang mengalami kelangkaan pada beberapa hari terakhir.
Ketua Umum GAPKI Eddy Martono mengatakan akan melibatkan anggota GAPKI untuk memulai program ini, setidaknya saat ini tercatat GAPKI beranggotakan 739 perusahaan dengan luas lahan 3,7 juta hektare di 15 cabang. Tahap pertama program ini akan dijalankan di Kalimantan Selatan dan menyusul di wilayah lainnya.
“Rencananya akan kami lakukan pertama di Kalimantan Selatan dan nanti anggota-anggota kami yang melakukan Peremajaan Sawit Rakyat kami minta juga tumpang sari,” ujar Eddy, Selasa (27/2).
Pada program tumpang sari ini padi akan di tanam di areal perkebunan kelapa sawit, umumnya padi yang digunakan adalah jenis padi gogo. Diketahui padi gogo merupakan jenis padi yang cocok di lahan kering, padi ini tidak perlu ditanam di area sawah dan umumnya ditanam di area kebun atau ladang.
Kualitas dari padi gogo sendiri sama dengan dari padi yang ditanam di sawah, meskipun lokal aroma wangi dan rasanya padi gogo tak kalah dari beras premium. Namun, masih terdapat kendala untuk pengembangan padi gogo sendiri, Eddy Martono menyebutkan SDM kelapa sawit yang paham dengan perawatan padi gogo serta hama penyakitnya, selain itu pasar untuk padi gogo juga harus disiapkan.
“Tapi diperlukan pendampingan penyuluh pada petani sawit untuk menanam padi gogo karena tidak ada ahli padi gogo di kebun sawit, dan perlu juga ada off taker atau pihak yang menjamin pembelian padi hasil panen petani nantinya. Kalau tidak siapa yang akan membeli?” ujar Eddy. (AD)