16 Maret 2025
Share:

Bisnissawit.comAsian Agri dan Apical, dua perusahaan kelapa sawit terkemuka di Indonesia, terus menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan dengan berbagai inisiatif yang bertanggung jawab. Langkah ini sejalan dengan pedoman Pembangunan Berkelanjutan PBB (UNSDGs) serta filosofi 5Cs yang diusung oleh RGE Palm Business: Good for Community, Country, Climate, Customer, and Company.

Director of Corporate Affairs RGE Palm Business, Johan Kurniawan, menekankan bahwa kelapa sawit memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional, baik dalam kontribusi devisa maupun penyediaan lapangan kerja. Selain itu, industri ini juga berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan petani melalui program kemitraan inti plasma.

Sebagai produsen dan pengolah minyak sawit, Asian Agri dan Apical terus beroperasi dengan mengutamakan keberlanjutan, mencakup berbagai produk dari minyak goreng hingga bahan bakar.

“Produk kami hadir mulai dari kebutuhan rumah tangga hingga sektor energi, dari dapur sampai avtur,” ujar Johan pada Jumat (14/3/2025).

Dalam rangka mencapai industri sawit yang lebih bertanggung jawab, Asian Agri merancang strategi jangka panjang yang berfokus pada empat pilar utama, yaitu Kemitraan dengan petani, pertumbuhan inklusif, iklim positif dan produksi bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Menurut Johan, perusahaan percaya bahwa keberadaannya harus memberikan dampak positif bagi petani, masyarakat, dan lingkungan. Setelah dua tahun berjalan, Asian Agri telah mencatat perkembangan signifikan dalam dua pilar utama, yakni Kemitraan dengan Petani dan Pertumbuhan Inklusif.

Sustainability Manager Asian Agri, Leonardo Yapardi, menjelaskan bahwa petani sawit memiliki peran penting dalam keberlanjutan industri. Oleh karena itu, Asian Agri berkomitmen untuk mensertifikasi semua petani mitra dengan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) pada tahun 2025.

Hingga 2024, Asian Agri telah membantu 11 KUD memperoleh sertifikasi ISPO, atau setara 49% dari target.

Baca Juga:  Ini Penyebab TBS Kelapa Sawit Sering Dicuri!

Kami mendorong lebih banyak KUD untuk memulai proses sertifikasi ISPO sesuai kebijakan pemerintah,” ujar Leo.

Dalam Pilar Pertumbuhan Inklusif, Asian Agri 2030 telah mencapai 34% target, yang mencakup

  • Pelatihan vokasi kepada lebih dari 1.700 orang
  • Dukungan terhadap UMKM di 54 desa dari total 159 desa di wilayah operasional (Sumatra Utara, Riau, dan Jambi)
  • Distribusi lebih dari 1.300 paket pendidikan melalui program Bag-to-School kepada murid SD hingga SMA, dengan target 5.000 murid.

Apical 2030 dan Pencapaian Keberlanjutannya

Memasuki tahun ketiga, Apical 2030 juga mencatat kemajuan signifikan dalam beberapa program keberlanjutannya.

Dalam Pilar Kemajuan Inklusif, Apical telah menjangkau 12 desa di Aceh Singkil dan 3 desa di Kutai Timur dalam program Sustainable Living Villages (SLV).

Sustainability Manager Apical, Hendra Hosea, menekankan bahwa Apical berkomitmen membantu petani swadaya dalam menerapkan praktik perkebunan yang berkelanjutan. Salah satu langkah utama adalah pelatihan teknik bertani yang sesuai dengan standar keberlanjutan, sehingga petani dapat memperoleh Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB) serta akses pendanaan dan fasilitas dari pemerintah menuju sertifikasi ISPO dan RSPO.

Selain itu, Apical juga menargetkan 5.000 petani swadaya memperoleh sertifikasi RSPO pada 2030, dengan progres pencapaian 93% dari target kolaborasi pemasok NDPE (No Deforestation, No Peat, No Exploitation).

Pada Pilar Aksi Iklim, Apical menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 50% pada 2030, dan hingga saat ini telah berhasil menurunkan 21% emisi GRK.

“Kami juga memanfaatkan inovasi untuk operasional yang lebih berkelanjutan. Saat ini, 87% target Pilar Inovasi Hijau telah terealisasi, sementara **13% lainnya masih dalam proses,” tambah Hendra.

Baik Asian Agri maupun Apical optimis bahwa semua target keberlanjutan akan tercapai dalam lima tahun ke depan. Berbagai program dan inisiatif terus dilakukan melalui kolaborasi dengan petani, komunitas lokal, dan pihak terkait, guna mewujudkan industri sawit yang lebih bertanggung jawab, inklusif, dan ramah lingkungan.

Baca Juga:  Instiper Yogyakarta Mulai Perkuliahan Mahasiswa Baru Tahun Ajaran 2024/2025