Bisnissawit.com – Upaya-upaya untuk menuju Indonesia Emas 2045 banyak dilakukan, salah satunya dari perkebunan kelapa sawit. Peran anak dan kaum perempuan dalam industri sawit disebut mengambil bagian besar Indonesia Emas 2045.
Hal ini diutarakan Ketua GAPKI Bidang Pengembangan SDM, Sumarjono Saragih, dari sejarah lampau kelapa sawit sampai saat ini, tak bisa dipungkiri kalau industri sawit didominasi oleh laki-laki.
“Alasanya sederhana, perempuan dianggap tidak cocok dan berbahaya bekerja di sawit. Selain itu, jender belum atau tidak dipahami. Jadi belum menjadi perhatian. Namun jaman sudah berubah,” ungkap Sumarjono Saragih, Jumat (24/5/24).
Namun, Sumarjono mengungkapkan ia melihat masa depan cerah pada kaum perempuan pada industri sawit karena saat ini PBB dan negara dunia sudah membentuk kesepakatan untuk mewujudkan kesetaraan jender.
Ia meneruskan, memang dalam dunia bisnis, jender dengan segala aspeknya memang sudah menjadi indikator dan tujuan, bahkan bisa dikatakan suatu syarat dan wajib. Sumarojo menegaskan hal ini tak boleh dibiarkan terus terjadi.
“Tidak boleh ada diskriminasi pekerja perempuan dan laki-laki. Harus punya akses dan kesempatan yang sama dalam jabatan dan jenjang karir,” pungkasnya.
Ia mengatakan, saat ini terlihat pergerakkan baik pada industri sawit, kesadaran akan jender (gender responsive) semakin maju, bahkan mungkin lebih maju dari sektor sejenis. Kini sejumlah perempuan telah menjadi pimpinan senior bahkan puncak di beberapa perusahaan sawit, saat ini semakin banyak perusahaan berani membuka peluang untuk perempuan.
“Ada yang mematok 20-30 persen harus ada di setiap level pemimpin (supervisor hingga direksi). Instrumen lain seperti Komite Perempuan dan Rumah Perlindungan Pekerja Perempuan & Anak (RP3A) pun bertumbuh di unit kerja perkebunan. Semua wadah ini dipimpin perempuan untuk melayani perempuan,” jelas Sumarjono.
Ia menambahkan, ini bukan hal yang berlebihan ketika industri sawit berani mendeklarasikan “Sawit Indonesia Ramah Perempuan”. Sebagai bagian menyatu dari “Sawit Indonesia Ramah Anak”.
“Anak dan perempuan menjadi kunci Indonesia Emas 2045, untuk itu peran dan komitmen sawit semakin penting. Hal ini diteguhkan kembali di tengah Rakernas Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit – GAPKI 2045 di Bandung,” tutupnya. (Adhita Diansyavira)