Bisnissawit.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (Kementerian ESDM) telah sukses menjalankan program biodiesel, mulai dari B15 sampaii sekarang sudah B35 dan kemungkinan akan naik lagi sampai B40. Dilansir dari Media Perkebunan, Edi Wibowo selaku Direktur Bioenergi, Ditjen Energi Baru, Terbarukan dan Konversi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkapkan mungkin ada bentuk lain yaitu green biodiesel yang bebasis dari biohidrokarbon sawit.
Biodiesel sendiri dikembangkan akhir tahun 1990 dan awal 2000, dimulai Peraturan Menteri ESDM nomor 32 tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain. Pendanaan tahun 2009-2014 dengan subsidi APBN. Mulai berjalan dengan bagus tahun 2015 dengan pembiayaan BPDPKS yaitu B15, kemudian 2016 B20, 2020 B30, 2023 sampai sekarang B35.
“Saat ini sedang kita persiapkan untk B40, yaitu aspek teknisnya, untuk kendaraan bermotor tidak ada masalah , sudah dilakukan uji jalan. Sektor lain pengguna juga disiapkan yaitu pertambangan, maritim, PLN, alat mesin pertanian dan lain-lain,” kata Edi Wibowo dikutip dari Media Perkebunan, Senin (1/4/24).
Dalam mandatory biodiesel, Edi selalu berkoordinasi dengan semua pihak yaitu pemasok bahan bakar, industri pengguna, akademisi dan ahli supaya berjalan dengan baik. Kereta api juga sudah uji komersial.
“Kemungkinan B40 adapah puncaknya. Setelah itu kita masuk ke green biodiesel yang berbasis biohidrokarbon bahan bakunya dari sawit juga. Karateristiknya mirip dengan solar sehingga dicampur berapapun tidak masalah, bahkan bisa 100%. Campuran mulai dari non PSO. Road map BBN ini akan direvisi,” katanya. (*)