19 Mei 2024
Share:

Jakarta, bisnissawit.com – Industri kelapa sawit tak lepas dari peran kaum perempuan, meski di dominasi oleh laki-laki industri kelapa sawit ternyata tetap membuka peluang untuk kaum hawa.

Kisah inspiratif datang dari Siti Zuwairiah yang saat ini menjabat sebagai estate manager di Sime Darby Plantation, perusahaan kelapa sawit Malaysia.

Siti Zuwairiah menjadi salah satu pembicara di Seminar Nasional Planter Indonesia atau SNPI 2024 yang digelar oleh Indonesian Planter Society (IPS) di Discovery Ancol Jakarta, Kamis (16/5/24) lalu. Pada kesempatan tersebut ia turut menceritakan pengalamannya hingga bisa menjadi perempuan pertama yang memegang jabatan manager di perusahaan kelapa sawit.

“Area kerja saya 1800 hektar. Saya bermula di tahun 2005 menempuh pendidikan di School of Business and Economics (SPE), UPM dibidang pertanian, di sana saya ditawarkan siapa saja yang berminat untuk program beasiswa, dari 17 orang ada 4 wanita termasuk saya yang terpilih untuk mengikuti program ini,” tutur Siti saat sesi wawancara bersama Bisnis Sawit.

Kesempatannya mendapatkan beasiswa ternyata membuka peluang cemerlang pada karirnya di perusahaan kelapa sawit. Meskipun ini bukan yang hal yang ia cita-citakan, namun tak menggetarkan tekadnya untuk masa depannya.

“Sebenarnya di sini bukan cita-cita saya, tapi saya berpikir lagi karna bapak saya seorang penempah (petani) dan ibu saya pekerja general, dan ibu saya senang melihat saya yang suka membuat pupuk untuk sawit. Saya berprinsip, seperti kata orang jadilah satu langkah lebih baik daripada orang tua. Sebenarnya juga cita-cita saya kalau ditanya ya saya ingin menjadi guru ataupun dokter, akan tetapi itu tidak membuat saya sedih,” katanya.

Siti sempat mendapat diragukan ketika oleh orang tuanya saat menempuh pendidikan di pertanian, tetapi justri Siti merasa pembelajaran yang ia dapatkan sangat berguna dan dia berminat dengan itu.

Baca Juga:  SNPI 2024 Dibuka, Ratusan Planters Indonesia Bahas Inovasi Kelapa Sawit Indonesia

“Pada saat memilih pertanian, saya tertarik untuk masuk ke bidang sawit ini. Akan tetapi saat saya memilih bapak saya juga bertanya, kamu memilih UPM ini mau menjadi petani seperti bapak kah? Tapi saya jelaskan ini pilihan saya, kita coba dulu saja,” ujar Siti.

Siti merintis karirnya dari bawah, ia pertama kali mejabat sebagai trainer, kemudian ia diangkat sebagai assitent manager 2, dan jabatannya naik lagi menjadi asistent manager 1, hingga saat ini ia memegang jabatan estate manager.

“Memang sangat jarang, di Malaysia sendiri belum ada wanita yang menempati posisi (estate manager) ini, dan saya diangkat ditahun 2019. Setelah saya diangkat memang agak sulit untuk berkolaborasi, karena di posisi saya sekarang banyaknya hanya diisi oleh laki-laki,” tuturnya.

“Akhirnya saya banyak belajar untuk berkolaborasi dengan baik antara saya dengan pekerja lainnya dan hasilnya sekarang ini bisa dilihat dan dibuktikan juga saya bisa menghadapi semua tantangan yang ada baik di dalam kantor maupun di perkebunan itu sendiri,” sambung siti.

Segala rintangan soal diskriminasi gender yang sering menjadi persoalan di perkebunan kelapa sawit berhasil ia lewati, Siti membocorkan kuncinya adalah dengan ilmu dan kesabaran. Ia menuturkan banyak membaca dan belajar soal psikologi sehingga dapat menangani pola pikir pria yang mendominasi perkebunan kelapa sawit.

Siti mengakhiri sesi wawancara dengan mengatakan bahwa perempuan seharusnya memiliki kesempatan yang sama di industri kelapa sawit, di jaman ini tidak semua persoalan diselesaikan dengan kekerasan, tetapi bisa dengan diskusi dan kolaborasi untuk mencari solusi.

Namun, semua itu kembali lagi pada masing-masing kebijakan perusahaan, saat ini ia akui masih belum banyak perusahaan kelapa sawit yang memberikan kepercayaan pada kaum perempuan untuk memegang jabatan-jabatan tinggi.

Baca Juga:  PT Socfindo Pamer 3 Varietas Benih Unggulan di SNPI 2024

“Harapan saya, apabila perusahaan ada peluang ambil lah, jangan ditolak supaya kita banyak belajar dan kita juga bisa terus mengembangkan baik itu dari pekerja Kantor) atau dari lingkungan perkebunan kelapa sawit itu sendiri,” tutupnya. (Adhita Diansyavira)