2 April 2024
Share:

Bisnissawit.com – Kelapa masih diminati pasar global, bahkan semakin populer, karena semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomi. Kondisi kelapa di Indonesia saat ini didominasi 98,93% perkebunan rakyat, namun dalam pengembangannya tentu tak mudah, dihadapkan berbagai tantangan, salah satunya, serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) seperti kumbang tanduk atau badak (Oryctes rhinoceros), kumbang janur (Brontispa longissima), belalang Sexava spp. dan ulat daun Artona catoxantha, bahkan ditambah adanya cekaman iklim ekstrim.

Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) mengambil langkah untuk membantu pekebun menghadapi tantangan tersebut, Dirjenbun melakukan pembinaan dan pada para pekebun untuk menjaga produksi maupun produktivitas kelapa.

“Diperlukan peran aktif pemerintah untuk mendorong kesadaran dan kepedulian serta keikutsertaan pekebun dalam melakukan pengendalian OPT di kebunnya,” kata Andi Nur Alam Syah Direktur Jenderal Perkebunan.

Andi Nur menekankan, tantangan terkait OPT wajib diselesaikan dan dikendalikan secara tepat dengan sinergi dari semua pihak.

“Untuk suksesnya program perkebunan, saya sangat mengharapkan dukungan dari seluruh pihak terkait, karena perlindungan perkebunan mempunyai peranan sangat besar terutama dalam pengawalan/penyelamatan tanaman dari serangan OPT,” ujarnya.

Menurut Andi Nur, pentingnya kehadiran petugas POPT, untuk lakukan pendampingan dan pembinaan pekebun agar bisa memberikan solusi tepat guna bagi kendala dilapangan. Untuk itu dibutuhkan pemahaman dan kapabilitas para petugas teknis, khususnya POPT di bidang pengendalian OPT Tanaman Kelapa.

Demi wujudkan hal tersebut, Direktorat Jenderal Perkebunan gandeng Pakar dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), gelar Bimbingan Teknis Peningkatan Kapabilitas Penanganan OPT Tanaman Kelapa, beberapa waktu lalu.

Para POPT dibekali dengan Implementasi Good Agricultural Practices (GAP) budidaya tanaman kelapa, Teknologi Pengamatan dan Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Kelapa, hingga Praktik Pengamatan dan Pengendalian OPT pada Tanaman Kelapa, yang dilakukan di Kebun Kelapa Kopyor PPKS Unit Bogor.

Baca Juga:  Online Training 'Meraup Cuan Dari Bursa Karbon' Bersama Medbun dan P3PI

Mewakili Direktur Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, Dedy Aminata mengatakan, untuk meminimalkan kehilangan hasil akibat serangan OPT, perlu dilakukan pengendalian OPT tanaman kelapa secara berkelanjutan. “Pengendalian dilakukan agar luas areal terserang OPT menurun, dan diharapkan petugas POPT dapat memantau dan melaporkan keadaan serangan secara rutin,” ujarnya.

“Diharapkan kedepannya petugas POPT lebih meningkatkan kinerja dan semakin tanggap dalam mencegah maupun mengendalikan OPT, sehingga bisa memberikan solusi strategis bagi kendala yang dihadapi pekebun saat mengelola kebunnya, dan bantu pekebun tingkatkan produktivitas serta kualitas tanaman kelapa Indonesia terus terjaga,” tutup Deddy. (*)