11 April 2025
Share:

Bisnissawit.com – Industri kelapa sawit terus menunjukkan peran strategis dalam mendukung ekonomi nasional sekaligus menawarkan peluang menarik di pasar modal. Sejumlah emiten di sektor ini, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), menjalankan langkah-langkah taktis dalam menghadapi tantangan global dan menjaga daya saing. Berikut ini adalah pembaruan dan arah strategis dari beberapa pemain utama di industri sawit.

Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) membukukan penjualan sebesar Rp9,67 triliun sepanjang 2024, naik 16,16% dibandingkan tahun sebelumnya. Laba bersih melonjak hampir dua kali lipat menjadi Rp3,12 triliun. Berdasarkan pencapaian tersebut, perusahaan mengusulkan pembagian dividen senilai Rp91 per saham, dengan tanggal pembayaran ditetapkan pada 31 Mei 2025.

Namun, meskipun kinerja fundamentalnya mengesankan, saham TAPG tercatat melemah 6,82% pada 8 April 2025 dan ditutup di level Rp820. Secara teknikal, harga saham berada di bawah rata-rata pergerakan 50 dan 200 hari, serta RSI menunjukkan kondisi mendekati jenuh jual. Investor tetap mencermati potensi pemulihan jangka menengah, terutama didorong oleh proyeksi panen yang positif.

Sementara itu, Astra Agro Lestari Tbk (AALI) juga menunjukkan kinerja yang solid. Pendapatan naik 5,15% menjadi Rp21,815 triliun, sementara laba bersih mencapai Rp1,147 triliun atau tumbuh 8,7% secara tahunan. Meski begitu, produksi tandan buah segar (TBS) tercatat turun 15,1% akibat tantangan cuaca yang kurang mendukung.

Tekanan juga tercermin pada pergerakan saham AALI yang terkoreksi 5,80% ke Rp5.275 per lembar. Meskipun demikian, kekuatan fundamental tetap menjadi pijakan utama investor dalam melihat prospek jangka panjang emiten ini.

Langkah berbeda ditempuh oleh Sampoerna Agro Tbk (SGRO), yang mengumumkan program pembelian kembali (buyback) saham senilai Rp450 miliar. Aksi ini berlangsung dari 9 April hingga 8 Juli 2025 dan didanai dari kas internal. Perusahaan menegaskan bahwa kondisi keuangan tetap terjaga, dan kegiatan operasional tidak akan terganggu.

Baca Juga:  Heran! Harga TBS Mitra Plasma Sumbar Anjlok Lagi Periode 22-31 Januari 2025

SGRO juga tengah memproses perubahan kegiatan usaha utama menjadi perusahaan induk (holding) dengan klasifikasi KBLI 64200. Transformasi ini bertujuan memberikan keleluasaan dalam pengelolaan entitas anak dan memperkuat portofolio investasi. Agenda ini akan dibahas dalam RUPS pada 9 Mei 2025.

PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR) turut mencuri perhatian dengan lonjakan laba bersih sebesar 237% menjadi Rp260,72 miliar, meskipun pendapatan menurun 13% menjadi Rp3,86 triliun. Pencapaian ini dikaitkan dengan efisiensi operasional yang signifikan, terlihat dari penurunan beban pokok penjualan sebesar 16,6%. Laba per saham dasar pun meningkat dari Rp8,37 menjadi Rp28,25.

Dari sisi prospek usaha, JARR menargetkan peningkatan penjualan biodiesel (FAME) menjadi 318.754 kiloliter dan minyak goreng sebanyak 18.000 metrik ton untuk pasar domestik, terutama wilayah Kalimantan dan Indonesia Timur.

Untuk mendukung rencana ekspansi dan restrukturisasi keuangan, perusahaan memperoleh fasilitas kredit investasi Rp1,4 triliun dari Bank Mandiri dengan jaminan aset strategis, termasuk HGU kebun sawit, pabrik biodiesel, dan power plant.

Melalui beragam langkah strategis seperti buyback, efisiensi produksi, transformasi bisnis, dan ekspansi biodiesel, emiten-emiten sawit menunjukkan upaya berkelanjutan dalam memperkuat daya tahan sekaligus membuka ruang pertumbuhan. Pergerakan mereka menjadi refleksi dari bagaimana sektor ini tetap relevan dan adaptif dalam menghadapi dinamika industri global.