14 Januari 2025
Share:

Bisnissawit.com – Ancaman tungau merah bagi industri kelapa sawit sering kali keberadaannya tidak terlihat. Selama ini para stakeholder di industri kelapa sawit tentu akrab dengan hama ganoderma dan Oryctes Rhinoceros atau kumbang tanduk yang kerap menjadi pengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit.

Melansir Media Perkebunan, Selasa (14/1/2024), terdapat hama tungau merah atau Oligonychus sp (Arachnida: Acari: Tetranychidae) yang sama bahayanya dengan hama lain. 

Perlu diketahui bahwa hama ini adalah salah satu genus tungau pada famili Tetranychidae. Banyak spesies dalam famili ini yang menjadi hama tanaman, lebih dari 200 spesies yang telah memaparkan. Tungau yang menyerang tanaman kelapa sawit adalah tungau merah (Oligonychus). 

Bagian dari tanaman sawit yang paling sering diserang adalah pada daun. Hal ini akan mengakibatkan daun berubah warna menjadi kuning coklat berkarat atau jingga. 

Tungau ini berukuran berukuran lebih kecil dari kutu yakni 0,5 milimeter (mm). Imago betina dari tungau ini diketahui berbentuk bulat elips, sedangkan imago jantan bentuknya membulat dan menyempit pada bagian posterior.

Tungau merah ini hidup di sepanjang tulang anak daun sambil mengisap cairan daun sehingga warna daun berubah menjadi mengkilap berwarna kecoklatan.

Perlu perhatian bahwa hama tungau ini berkembang pesat dan membahayakan dalam keadaan cuaca kering pada musim kemarau. 

Gangguan tungau pada persemaian dapat mengakibatkan rusaknya bibit. Tungau ini bisa menyerang pada saat tanaman yang sudah menghasilkan (TM) atau tanaman belum menghasilkan (TBM).

Sering tidak kita perhatikan adalah tungau ini bersembunyi di balik daun. Sehingga sering tidak terlihat dengan mata. Adapun serangan dari Tungau merah biasanya ditandai dengan adanya muncul bintik kuning di permukaan daun. 

Baca Juga:  Pentingnya Legalitas Lahan dalam Menjaga Stabilitas Usaha Perkebunan Sawit

Pengendalian terhadap tungau merah ini dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan memperhatikan konsep pengendalian hama terpadu (PHT). Pengendalian secara biologis dilakukan dengan mengandalkan musuh alami (predator) antara lain genus Amblyseius, Metaseiulus, Phytoseiulus, Stethorus, dan Orius.

Penyemprotan dengan akarisida bisa dilakukan dengan menggunakan bahan aktif tetradion 75,2 gram per liter (Tedion 75 EC) disemprotkan dengan konsentrasi 0,1-0,2 persen.