Bisnissawit.com – Kelapa sawit bukan hanya menjadi komoditas unggulan di Indonesia, negara seperti Malaysia hingga Afrika juga membuka peluang bisnis kelapa sawit, hal ini disebabkan permintaan minyak sawit di pasar internasional cukup tinggi.
Perkebunan kelapa sawit yang ada di luar negeri ternyata juga membuka peluang kerja yang menggiurkan untuk SDM di Indonesia, seperti yang disampaikan Johnson Sinaga selaku Group Plantation Inspector Plantations et Huileries Du Congo (PHC) dan Perdata Tarigan selaku Plantation Manager Okomu PLC Nigeria (Socfin Group) dua orang planter asal Indonesia yang telah sukses menjajaki perusahaan kelapa sawit di luar negeri.
Baik Johnson Sinaga ataupun Perdata Tarigan menyampaikan tantangan-tantangan yang dihadapi mereka tak jauh berbeda, terutama dari segi bahasa dan budaya. Hal itu mereka sampaikan dalam acara seminar nasional planter Indonesia (SNPI 2024) yang digelar Indonesia Planter Society pada 15 – 16 Mei lalu.
“Kemampuan komunikasi dan budaya itu jadi permasalahan utama, di Afrika kita menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Perancis, tapi tidak ada kata terlambat untuk belajar bahasa mulai dari nol, kalau bahasa Inggris kan kita mungkin sudah punya basic,” ujar Perdata Tarigan.
Selain persoalan komunikasi, Perdata Tarigan juga menyebutkan beberapa tantangan lain yang lebih ke persoalan kehidupan sehari-hari, di antaranya persoalan makanan, habit (kebiasaan), dan kewaspadaan terhadap penyakit seperti malaria, yellow fever, bahkan HIV.
Risiko di luar pekerjaan memang cukup banyak, namun Perdata Tarigan turut membagikan pengalamannya untuk mengatasi hal-hal tersebut. Selain itu, untuk menjadi planter di luar negeri juga diperlukan pengetahuan tentang hukum yang berlaku di negara tersebut (labor law) dan kearifan lokal setempat.
Diperlukan sikap adaptasi yang cepat supaya bisa menghandle pekerjaan dengan maksimal. Ketika sudah masuk di ranah pekerjaan planter kelapa sawit, ekspatriat atau tenaga kerja asing perlu memiliki tiga karakter penting yaitu adaptif, suportif, dan apresiatif.
Adapun yang perlu ditekankan adalah soal team building atau visi pengembangan staf lokal, persistent dalam mendidik atau coaching team, integritas dan etika, kemampuan motivasi, memimpin dengan memberikan contoh (lead by example/hands on), kemampuan finansial (finance budgeting and cost control) serta kreatif dan inovatif.
Sementara itu, Johnson Sinaga melihat persoalan lain yang terjadi di perkebunan kelapa sawit yang ada di Afrika.
Nyatanya masih banyak keterbatasan yang terjadi seperti kurangnya kolaborasi, training tidak memadai, inovasi kurang, minimnya literatur kelapa sawit Bahasa Perancis, tenaga kerja yang tersedia tapi tingkat kehadiran karyawan sangat rendah, UMR rendah, produktifitas rendah serta tingkat pencurian TBS tinggi
Meski cukup banyak tantangan, namun keuntungan yang ditawarkan cukup menggugah. Johnson Sinaga mengatakan, gaji untuk jabatan manager sepertinya bahkan menyentuh tiga digit. Hal itu ia sampaikan saat ditanya oleh Ketua Pelaksana SNPI 2024, Darus Salam soal pendapatan planter di luar negeri.
“Artinya untuk level manager sudah bisa mendapatkan gaji di atas Rp100 juta ke atas,” ujar Johnson Sinaga.
Sementara, Perdata Tarigan menambahkan benefit lainnya antara lain durasi cuti, serta tunjangan, kemudian asuransi, dana pensiun, biaya sekolah anak hingga biaya vitamin/suplemen. (*)