Bisnissawit.com – Perjalanan hidup Sutiyem (52), petani kelapa sawit swadaya dari Dusun Paya Lebar, Kelurahan Alur Dua, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, terbilang panjang dan inspiratif.
Mengutip dari situs resmi Sinar Mas Agribusiness and Food (2/4/2025), kisahnya bermula sejak era Presiden Soeharto, ketika ia dan keluarganya menjadi bagian dari program transmigrasi asal Jawa dan menetap di Sei Lepan.
Sang ayah yang merupakan petani padi, memperkenalkan Sutiyem muda pada dunia pertanian. Dari situlah, ia mulai mengasah keterampilan bertani dan memahami nilai-nilai kerja keras yang kelak menjadi bekal penting dalam perjalanannya.s
Seiring waktu, keluarganya beralih dari padi ke tanaman karet demi harapan ekonomi yang lebih menjanjikan. Sutiyem yang masih remaja saat itu cepat beradaptasi dan belajar menyadap karet serta mengumpulkan lateks. Di masa itulah ia semakin menyadari pentingnya menjaga keberlangsungan tanah dan hasil bumi.
Namun ketika harga karet jatuh drastis pada 2008, Sutiyem dan suaminya dihadapkan pada keputusan berat. Mereka memutuskan untuk mengganti tanaman karet dengan kelapa sawit, meski belum banyak tahu soal budidayanya.
Bermodal kemauan belajar dan bertanya kepada sesama petani, perlahan mereka menguasai teknik-teknik dasar bertanam sawit. Pilihan ini ternyata berbuah manis dan membawa perkembangan positif bagi usaha pertanian mereka.
Perjalanan Sutiyem kemudian bersinggungan dengan program Sawit Terampil, sebuah inisiatif pelatihan yang digagas oleh Sinar Mas Agribusiness and Food. Melalui program ini, ia bergabung dengan Koperasi Jasa Sawit Lepan Jaya (KJSLJ), yang menaungi sekitar 250 petani sawit swadaya dengan total lahan lebih dari 300 hektare.
Keterlibatannya dalam koperasi ini membawa Sutiyem menjadi bagian dari perubahan besar dalam industri sawit. Pada tahun 2024, koperasi tersebut berhasil meraih sertifikasi RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil)—sebuah pengakuan internasional atas komitmen pada praktik pertanian sawit berkelanjutan.
Kisah Sutiyem menjadi salah satu gambaran transformasi yang sedang berlangsung, di mana perempuan petani ikut berkontribusi dalam membentuk ulang wajah industri yang selama ini identik dengan dominasi laki-laki.
Melalui program pembinaan tersebut, Sutiyem mempelajari berbagai teknik budidaya berkelanjutan, seperti pemupukan yang lebih efisien dan pengelolaan kebun yang lebih bijak. Ia juga menerima berbagai fasilitas pendukung, termasuk pemetaan lahan, yang memudahkannya memperoleh dokumen penting seperti Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB).
“Setelah ikut program Sawit Terampil, saya mulai memahami makna keberlanjutan. Bukan hanya untuk lahan, tapi juga untuk masa depan penghidupan kami,” ujar Sutiyem.
Ia menyebut, perubahan kecil yang dilakukan justru membawa dampak besar dalam pola bertani anggota koperasi. Selain keterampilan teknis, nilai kerja sama antarpetani juga menjadi pelajaran penting yang ia dapatkan dari program tersebut.
“Kami belajar bahwa petani akan jauh lebih kuat jika saling mendukung. Tidak ada yang ditinggalkan,” tutup Sutiyem dengan penuh semangat.