5 Juni 2024
Share:

Jakarta, bisnissawit.com – Menjelang acara 2nd TPOMI 2024 (Technologi and Talent Palm Oil Mill Indonesian) yang diselenggarakan Perkumpulan Praktisi Profesional Perkebunan Indonesia (P3PI) bersama Media Perkebunan pada Juli 2024 mendatang, sejumlah praktisi perkebunan mengulas tentang SDM dan teknologi.

Korelasi antara SDM di pabrik kelapa sawit dengan teknologi tak bisa dipisahkan. Dalam hal ini, SDM dikaitkan dengan talent yang menjadi salah satu pembahasan dalam 2nd TPOMI 2024. Ketua Bidang SDM GAPKI, Sumadjono Saragih, membuka diskusi terkait kondisi talent atau SDM di perkebunan sawit saat ini.

“Kalau kita lihat piramida di perkebunan kelapa sawit itu 95% itu memang low skill labor atau pekerja dengan pendidikan yang rendah, skillnya juga rendah. Maka tantangan kita bagaimana mereka juga diperhatikan karena saat ini semakin banyak persyaratan salah satu seperti K3 yang menjadi fundamental right at work menjadi hak di tempat kerja artinya ketika pekerja melihat itu tidak aman dia berhak menolak,” kata Sumarjono dalam diskusi menjelang 2nd TPOMI 2024, Sabtu (1/6/24) lalu.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Bidang Pabrik Kelapa Sawit Posma Sinurat menjelaskan bahwa kampanye tentang talent dalam perkebunan kelapa sawit ini menjadi satu kesatuan yang harus dirangkul dalam updating technology.

“Di sini saya melihat teknologi yang tinggi tentu membutuhkan talent (tenaga kerja) yang kualitasnya tinggi, talent itu kan sebenarnya teknologi. Bagaimana mungkin teknologi ini bermakna kalau talent yang ada pun tidak kita perhatikan fundamental right seperti tadi misalnya gaji yang sesuai dengan UMR dan hak-haknya,” ujar Posma Sinurat.

Posma menambahkan, segala pemenuhan hak dari pekerja di perkebunan kelapa sawit ini juga akan menentukan citra atau image dari perusahaan, apakah perusahaan tersebut sudah memberikan fundamental right dan memperhatikan tenaga kerjanya, bukan hanya sekadar mendapatkan keuntungan dari hasil kerja keras pekerja di perkebunan kelapa sawit.

Baca Juga:  PPKS Medan Bawa Minyak Makan Merah Tampil di 2nd TPOMI 2024

“Ini menjadi alasan mengapa dalam 2nd TPOMI 2024 perlu kita angkat isu talent (tenaga kerja) untuk menyadari teknologi itu sendiri tidak akan bagus ketika tenaga kerjanya tidak diperhatikan,” sambungnya.

Tapi ternyata, dari satu sudut pandang berbeda persoalan talent dan teknologi menjadi satu hal yang bertentangan juga. Dari sekitar 1.800 pabrik kelapa sawit yang ada di Indonesia ketika semuanya mengimplementasikan teknologi dalam proses produksinya maka bisa mengurangi jumlah pekerja dan menjadi PR baru.

“Ini juga menjadi tantangan baru. atau setidaknya dibutuhkan pelatihan baru skilling, upskilling atau reskilling seperti itu,” tutur Sumadjono Saragih.

Kenyataan tentang pengurangan pekerja sawit juga sudah terlihat, Sumardjono menggambarkan kondisi pabrik manual yang awalnya menggunakan lori (alat untuk mengangkut TBS) bisa diangkut oleh sekitar 16 orang pekerja untuk memindahkan TBS dari loading ramp ke perebusan (sterilizer), tetapi ketika beralih ke sistem vertikal hanya menggunakan 4 orang pekerja saja sudah cukup.

“Maka terlihat sudah ada penurunan yang signifikan, maka di sini kita membutuhkan satu growth pertumbuhan dari pabrik kelapa sawit itu sendiri,” katanya.

Adapun persoalan ini menjadi tanggung jawab bersama, baik pemangku kepentingan dari instansi pemerintah maupun pihak perusahaan, persoalan tentang talent dan technologi hingga berbagai solusi akan dibahas secara lengkap pada 2nd TPOMI 2024 di Bandung, 18-19 Juli 2024 mendatang. (AD)

Instagram : @tpomindonesia_medbun
Email : medbunevent@gmail.com
Website : tpomi.net