Bisnissawit.com – Shamala Sundram, PhD, dari Integrated Ganoderma Management, Plant Pathology & Biosecurity Unit, Malaysian Palm Oil Board (MPOB), sangat mengapresiasi 2nd ISGANO 2025 yang diselenggarakan oleh Media Perkebunan dan P3PI.
“Ganoderma adalah masalah besar bagi sawit di Malaysia dan Indonesia. Indonesia sangat serius menyikapinya dengan adanya Konsorsium Ganoderma GAPKI. Saya senang berbagi pengalaman tetapi juga banyak belajar selama menghadiri event ini,” katanya, Kamis (6/2/25) dilansir dari Media Perkebunan.
Sanitasi tetap merupakan teknik yang direkomendasikan dalam manajemen penyakit busuk pangkal batang di kebun. Hal ini harus dilakukan tepat waktu, dengan sensus oleh staf terlatih yang dilakukan setiap tahun. Kebijakan perusahaan dapat menentukan apakah akan melakukan peremajaan dini atau memperpanjang umur tanaman yang terserang.
Pendekatan pengendalian terpadu dengan penggunaan elemen hayati, yaitu agen pengendali hayati, direkomendasikan untuk menjaga kesehatan tanah. Riset juga menjadi prioritas untuk memahami perilaku penyakit ini, termasuk vektor serangga, faktor-faktor yang mempengaruhi pH dan nutrisi, serta peran aluminium (Al) dan kalsium (Ca).
Penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh Ganoderma boninense meningkat secara eksponensial. Berdasarkan survei MPOB:
Tahun 1994-1995, infeksi terjadi pada 1,51% dari 31.197 ha di 268 perkebunan.
Tahun 2009-2010, infeksi meningkat menjadi 3,71% pada 59.148 ha di 632 perkebunan.
Tahun 2017-2018, angka infeksi melonjak menjadi 7,4% pada 221.000 ha di 1.279 perkebunan.
Tahun 2024, infeksi mencapai 14% atau sekitar 440.000 ha.
Jika Indonesia mengalami tren serupa dengan Malaysia, maka diperkirakan 1,2 juta ha lahan akan terinfeksi Ganoderma. Malaysia telah mengidentifikasi empat spesies Ganoderma, di mana satu tidak bersifat patogen dan tiga lainnya bersifat patogen. Dari ketiga spesies patogen tersebut, Ganoderma boninense adalah yang paling agresif. Faktor pemicunya antara lain tekanan inokulum, kadar garam, pH, nutrisi, dan jenis tanah.
Manajemen pengendalian terpadu Ganoderma bertujuan untuk:
- Meminimalisir tanaman terinfeksi setelah peremajaan dan menjaga areal produktif.
- Memperpanjang masa produktif tanaman yang telah terinfeksi.
- Memperlambat awal infeksi Ganoderma.
Tahap awal pengendalian dimulai dengan sensus. MPOB membagi tingkat serangan menjadi lima kategori Disease Severity Index (DSI):
DSI 0: Tanaman sehat.
DSI 1: Infeksi awal (pangkal batang terdapat tombol putih, tanpa gejala pada daun).
DSI 2: Infeksi moderat (pangkal batang terdapat tombol putih/tubuh buah jamur, busuk <30%, daun menguning).
DSI 3: Infeksi berat (tubuh buah jamur di pangkal batang, busuk <50%, daun patah).
DSI 4: Infeksi sangat berat (tanaman mati, akar busuk).
Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM):
DSI 0: Dilakukan perlakuan pencegahan.
DSI 1: Sanitasi dengan membongkar bonggol perakaran yang terinfeksi.
Pada Tanaman Menghasilkan (TM):
DSI 0: Dilakukan perlakuan pencegahan.
DSI 1 & 2: Pengendalian dengan fungisida dan pembubunan tanah.
DSI 1-4 (umur tanaman <10 tahun): Pembongkaran bonggol perakaran dan replanting.
DSI 2, 3, 4 (umur tanaman >10 tahun): Pembongkaran tanaman terinfeksi.