Bisnissawit.com – Wakil Ketua Perhimpunan Ilmu Permuliaan dan Perbenihan Sawit Indonesia (PIPPSI), Cahyo Sri Wibowo, Ph.D., menegaskan pentingnya penggunaan benih sawit legitimate untuk meningkatkan produktivitas jangka panjang. Hal ini ia sampaikan dalam acara 2nd ISGANO 2025, yang berlangsung di Bandung pada Rabu (5/2/2025).
“Benih legitimate memang secara harga sedikit lebih mahal, tetapi untuk investasi jangka panjang jauh lebih murah karena produktivitasnya lebih tinggi. Dibandingkan benih asalan yang hasilnya tidak stabil—kadang berbuah, kadang tidak—benih legitimate memberikan kepastian hasil,” ujar Cahyo saat wawancara bersama Media Bisnis Sawit.
Ia juga menekankan bahwa saat ini terdapat 21 produsen benih sawit bersertifikat di Indonesia yang telah melalui proses produksi panjang dan terbukti secara ilmiah menghasilkan benih berkualitas tinggi. Oleh karena itu, ia mengimbau petani untuk tidak tergiur benih murah yang belum teruji kualitasnya.
Selain membahas benih, Cahyo menyoroti dua tantangan utama industri sawit, yaitu fruit set (FRS) dan penyebaran ganoderma.
“FRS menjadi perhatian utama, karena masalah ini tidak hanya terjadi di satu perusahaan, tetapi hampir semua yang menggunakan material tertentu menghadapi kendala yang sama. Bahkan, ada yang kehilangan produktivitas di lahan 5.000 hingga 6.000 hektare akibat penggunaan material yang kurang tepat,” jelasnya.
Sementara itu, penyebaran ganoderma yang sebelumnya lebih terkonsentrasi di Sumatera Utara kini telah meluas ke Sulawesi dan Kalimantan.
“Insidensi penyakit ini bukannya menurun, tetapi justru semakin meluas. Dengan adanya 2nd ISGANO 2025, diharapkan muncul ilmu dan ide baru yang dapat didiseminasi dan dikembangkan lebih lanjut untuk menghadapi tantangan ini,” pungkas Cahyo.
2nd ISGANO 2025 menjadi ajang strategis bagi stakeholders industri kelapa sawit untuk mencari solusi inovatif dalam peningkatan produktivitas sawit dan pengendalian penyakit ganoderma secara lebih efektif.