Bandung, bisnissawit.com – Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan hadir di 2nd Technology and Talent Palm Oil Mill Indonesian (2nd TPOMI 2024) yang diselenggarakan di Bandung 18-19 Juli 2024. PPKS menampilkan produk minyak makan merah yang pada bulan Maret 2024 lalu diresmikan oleh Presiden Joko Widodo.
Anggota Tim Peneliti PPKS, Mulki Salendra Kusuma mengatakan acara 2nd TPOMI 2024 sangat berkesan dan mencapai target PPKS untuk mengenalkan minyak makan merah kepada masyarakat luas.
“Jadi selama ini yang banyak tau (minyak makan merah) mungkin di area Sumatra khususnya Sumatra Utara, pada kesempatan kali ini kami di 2nd TPOMI 2024 memperkenalkan ke masyarakat Jawa Barat. Tadi juga kebetulan kami bertemu dengan Paguyuban Pasundan dan ternyata sangat tertarik dengan minyak makan merah ini,” tutur Mulki kepada Bisnis Sawit, Jumat (19/7/24).
Ia menambahkan, pada 2nd TPOMI 2024 pandangannya terhadap teknologi juga semakin bertambah, pada momen ini Tim Peneliti PPKS bertemu dengan praktisi dari pabrik kelapa sawit (PKS) dan praktisi perkebunan untuk bertukar pengetahuan sampai bertemu dengan masyarakat untuk mengedukasi.
“2nd TPOMI 2024 hari ini seru dan sangat mengesankan, karena mungkin kami tim peneliti yang biasanya ngobrolin soal proses di internal sekarang jadi banyak bertemu orang-orang praktisi dari PKS yang memberikan insight baru. Jadi momen ini juga bisa sharing ilmu, transfer knowledgenya juga,” tuturnya.
PPKS sudah maksimal mengedukasi minyak makan merah dengan beragam manfaat gizinya ke masyarakat, tetapi untuk penjualan saat ini memang minyak makan merah masih sulit ditemukan di pasaran khususnya di Pulau Jawa.
Mulki menjelaskan PPKS telah memaksimalkan produksi minyak makan merah dan menjamin bahwa pabrik minyak makan merah telah lolos food grade yang biasanya dipertanyakan pada pabrik kelapa sawit, hal itu dibuktikan dengan dengan izin BPOM yang tertera pada kemasan minyak makan merah.
“Pabrik minyak makan merah PPKS food factory, dibuktikan dengan keluarnya ini BPOM, artinya pada saat kami proses pembangunan pabrik berdasarkan pengawasan dari BPOM. Karena kalau tidak sesuai BPOM tidak akan dikeluarkan ijin edarnya,” jelasnya.
Saat ini PPKS menjadi provider teknologi untuk minyak makan merah, sedangkan distribusinya masuk ke ranah koperasi untuk diperjual-belikan ke seluruh Indonesia dan saat ini sedang ditentukan untuk harga eceran tertingginya (HET).
Mulki juga menuturkan kemungkinan harga minyak makan merah lebih ekonomis daripada minyak makan biasa karena biaya produksi dalam pabriknya tidak melewati proses bleaching dan deodorisasi, sehingga diprediksi bisa lebih murah.
Sementara untuk teknologinya sendiri, Mulkii menjelaskan proses spesial pada minyak makan merah yakni melewati proses ‘soft-refinery‘.
“Kalau perbedaan teknologi, saat ini ada yang berkembang terkait minyak yang berwarna merah bersumber dari sawit yang mungkin masih virgin palm oil sedangkan kalau minyak makan merah ada tambahan dari situ, namanya soft refinery. Kami mendefinisikan itu sebagai soft refinery karena pada refinery secara umum di minyak goreng itu menggunakan suhu tinggi, kalau kami penggunaan suhunya tidak akan lebih dari 100 derajat,” jelasnya. (AD)