20 Agustus 2024
Share:

Bisnissawit.com – Pola kemitraan yang sudah berjalan selama ini menjadikan petani sebagai salah satu aktor penting dalam perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Kemitraan mengorganisir sinergi investasi korporasi (swasta dan BUMN), rakyat, pemerintah yang terpadu dengan ketersediaan sumber daya alam lokal dalam satu kesatuan hamparan wilayah yang dapat dipandang sebagai big push strategi pembangunan perkebunan kelapa sawit.

Tidar Bagaskara dari Perkumpulan Praktisi Profesional Perkebunan Indonesia (P3PI) menyatakan hal ini pada Seminar “Kemitraan Kelapa Sawit Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Kebun” Media Perkebunan dan BPDPKS.

Kemitraan sawit rakyat-korporasi telah membawa revolusi sawit Indonesia yang tertanda peningkatan pangsa sawit rakyat dari 2% tahun 1980 menjadi 41% tahun 2016.

Mengantarkan Indonesia menjadi raja CPO dunia yang pangsanya dalam produksi minyak sawit dunia meningkat dari 14% jadi 54% (2016). Perubahan komposisi pasar 4 minyak nabati dunia dari minyak kedelai ke minyak sawit, dari 22% tahun 1965 jadi 40% tahun 2016.

“Sayang akhir-akhir ini ada beberapa hal yang membuat kemitraan ini seakan-akan sudah tidak perlu lagi. Beberapa aksi tanpa tindakan apa-apa akan membuat kemitraan seolah-olah menjadi sejarah. Padahal dalam kondisi apapun kemitraan dalam bisnis sawit tetap relevan. Tanpa kemitraan masa lalu sawit tidak akan seperti sekarang. Bila sekarang kemitraan tergerus sampai misalnya tidak ada lagi, maka saya kuatir masa depan sawit akan seperti komoditas lain yang dulu berjaya sekarang menjadi posisi ke sekian,” katanya. (*)

Baca Juga:  BPDPKS Revisi Road Map, Fokus Kelapa Sawit Berkelanjutan