1 Juni 2025
Share:

Bisnissawit.com — Struktur ekspor industri sawit Indonesia menunjukkan perubahan besar dalam satu dekade terakhir. Jika pada 2010 proporsi ekspor masih didominasi bahan baku sebesar 40 persen, kini kondisinya berbalik drastis. Hingga 2024, ekspor produk hilir sawit melonjak hingga mencakup 93 persen, sementara bahan baku tinggal 7 persen.

Dilansir dari emitennews.com, Minggu (1/6/25), peningkatan ini dianggap sebagai pencapaian positif dalam proses hilirisasi industri kelapa sawit di dalam negeri. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, tren tersebut sejalan dengan bertambahnya ragam produk turunan sawit yang dihasilkan industri nasional.

“Jika pada 2011 hanya ada sekitar 48 jenis produk turunan, maka pada 2024 jumlahnya meningkat menjadi sekitar 200 jenis,” ungkap Agus dalam pernyataan resminya, Jumat (30/5).

Ia menekankan pentingnya ketersediaan bahan baku berkualitas sebagai dasar utama dalam menghasilkan produk turunan bernilai tambah tinggi. Namun, kualitas hasil hilirisasi tidak hanya bergantung pada bahan baku.

“Inovasi dalam proses produksi, pemurnian, serta penggunaan teknologi modern juga sangat menentukan. Di samping itu, kompetensi sumber daya manusia (SDM) industri adalah kunci lainnya,” tambah Agus.

Untuk itu, Kementerian Perindustrian terus mendorong penguatan SDM melalui pendidikan vokasi. Unit-unit pendidikan di bawah Kemenperin dirancang untuk mencetak lulusan terampil yang mampu mendukung sektor pengolahan kelapa sawit dan industri turunannya.

Transformasi struktur ekspor ini sekaligus menjadi cerminan keberhasilan strategi hilirisasi dan peningkatan daya saing industri nasional di pasar global.

Baca Juga:  Gapki: Ada Dampak Negatif B50 di Tengah Stagnasi Produksi Sawit