Bisnissawit.com – Angka produksi minyak sawit atau crude palm oil (CPO) pada tahun 2023 mengalami kenaikan hingga mencapai angka 50,07 ton atau sebesar 7,15 %. Angka produksi minyak sawit ini dikalkulasikan dari tahun sebelumnya, di mana 2022 angka produksi CPO berada di angka 46,73 ton. Sementara untuk palm karnel oil (PKO) pada 2023 produksinya juga menyusul naik mencapai 4,77 ton dari tahun 2022 yakni 4,52 ton.
Fenomena kenaikan produksi minyak sawit disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya harga minyak sawit menjelang akhir tahun 2021 dan sepanjang tahun 2022 yang memang relatif tinggi, hal ini mendorong pelaku usaha untuk membenahi kebun dan memaksimalkan produksinya.
Soal kenaikan produksi minyak sawit disampaikan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono, ia juga menyampaikan penambahan lahan baru juga menyumbang angka kenaikan produksi minyak sawit di tahun 2023.
“Ini kita melihat produksi kita justru naik di 2023, bukan turun, dari data Kementerian Pertanian di tahun 2017 – 2020 itu ada penambahan TM (tanaman menghasilkan) dan ada penanaman baru di sini baik masyarakat maupun perusahaan, tapi dominasi lebih banyak masyarakat,” ujar Eddy Martono, Ketua Umum GAPKI di Jakarta, Selasa (27/2/24).
“..yang akhirnya lahan itu panen di tahun 2023, dan ini yang mendorong peningkatan produksi di tahun 2023,” sambungnya.
Tercatat pada 2022 dari 21,24 juta ton menjadi 23,13 ton atau kenaikan sekitar 8,90%. Seharusnya, angka produksi bisa menyusul lebih tinggi mengingat angka produksi kelapa sawit turut naik, kenaikan angka konsumsi dikaitkan dengan implementasi kebijakan biodesel (B35) yang secara efektif dilakukan pada Juli 2022.
Setidaknya kenaikan angka konsumsi minyak sawit dengan kebijakan tersebut telah menyumbang angka kenaikan konsumsi minyak sawit pada 2022 sebesar 17,68% yakni dari 9.048 juta ton pada 2022 menjadi 10,65 juta ton pada 2023, hal ini telah melampaui konsumsi untuk pangan dalam negeri.
“Biodesel (B35) belum 100% diimplementasikan di 2023, karena waktu itu baru bulan Februari, kalau tidak salah baru speed up di bulan Maret, ini kalau biodesel full angka ini akan lebih tinggi, mungkin naiknya sekitar 24 juta,” kata Eddy.
“Hal ini selalu kita khawatirkan di sini kalau produksi minyak sawit kita tidak terkejar dan konsumsi kita naik terus nah ini yang jadi warning buat kita, karena nanti akan terjadi persaingan antara pangan dan energi, ujung-ujungnya yang dikorbankan adalah devisa atau ekspor,” sambungnya. (AD)