Bisnissawit.com – Kompetensi sumber daya manusia (SDM) perkebunan kelapa sawit Indonesia masih sangat memprihatinkan. Dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, kompeten, dan melek teknologi untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan.
Ketua Bidang Sumber Daya Manusia Perkumpulan Praktisi Profesional Perkebunan Indonesia Bonar Saragih menyatakan hal ini ternyata sudah menjadi masalah berkelanjutan sejak puluhan tahun.
“Secara umum ini masalah klasik, jika melihat pabrik 50 tahun yang lalu dan pabrik yang sekarang tidak jauh berbeda, buktinya hanya beberapa group besar kelapa sawit yang sudah mengotomatisasi beberapa tahun lalu, namun kembali ke awal (dibongkar) karena staf yang tidak siap,”
Menurut Bonar, masalah utama di industri sawit adalah kita berada di daerah terpencil, jadi untuk merekrut dengan kualifikasi yang unggul masih tergolong sulit. Di industri misalnya di United Tractor Jakarta dapat meminta kualifikasi rekrutmen SLTA lebih tinggi karena berada di daerah yang luas. Untuk kompetensi sumber daya manusia di tempat terpencil memang sudah dibuktikan masih rendah, jika dibandingkan dengan sumber daya manusia di daerah kota besar.
Ketua SDM Perkumpulan Praktisi Profesional Perkebunan Indonesia ini turut memberikan contoh secara garis besarnya.
“Misal kita bangun pabrik di pelosok daerah, diwajibkan menggunakan warga desa setempat sebanyak 60%, kita juga buatkan standar untuk tenaga kerja lokal tersebut, kebijakan desa ini sanagt menyulitkan pihak managemen mendapatkan SDM unggul, nah ini yang membuat sulit leveling karyawan pabrik itu meningkat, sehingga semua investasi dalam otomatisasi atau modernisasi terhambat dengan kompetensi SDM orang-orangnya,” ujarnya.
Sumber daya manusia sawit yang unggul dan berketerampilan tinggi akan membawa kejayaan industri sawit di masa depan. Namun dengan problem yang ada seperti rendahnya sumber daya alam masih menyulitkan beberapa industri sawit.
Dalam penerapan teknologi dalam industri sawit, Bonar juga menjelaskan problem yang ada yang pertama harus didukung oleh sumber daya manusia yang capable atau ahli dalam merawat alatnya di lapangan dan yang kedua adalah persoalan buruknya dalam industri sawit ini, banyak sabotase yang dilakukan sengaja maupun tidak sengaja, seperti halnya masuk besi atau hal lain yang dapat memperlambat proses pengolahan sawit.
Dari problem ini, maka berikutnya akan dibahas dalam acara T-POMI (Updating Technology and Talent Palm Oil Mill) 2024 yang diselenggarakan oleh Media Perkebunan bersama P3PI pada tanggal 18-19 Juli 2024, di Bandung. (din)