9 Mei 2025
Share:

Bisnissawit.comPT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) mencetak kinerja gemilang pada kuartal I-2025 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp341,5 miliar, tumbuh 23,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp276,9 miliar. Laba per saham mencapai Rp35,95 per lembar.

Dilansir dari emitennews.com, saham sawit milik pengusaha Abdul Rasyid ini juga mencatatkan lonjakan pendapatan sebesar 48 persen menjadi Rp3,7 triliun dari Rp2,5 triliun pada kuartal I-2024. Beban pokok penjualan meningkat 40 persen menjadi Rp2,39 triliun. Kenaikan tersebut berdampak positif pada laba bruto yang tumbuh signifikan sebesar 68,5 persen menjadi Rp1,3 triliun, sekaligus mendorong EBITDA naik 14,9 persen menjadi Rp739 miliar.

Direktur Utama SSMS, Jap Hartono, menyampaikan bahwa perusahaan memproyeksikan pertumbuhan bisnis sekitar 10 persen tahun ini, seiring membaiknya produksi minyak sawit nasional dan strategi efisiensi yang terus diperkuat.

“Kita tidak perlu terlalu optimis atau pesimis. Kalau industri sawit tumbuh 10 persen, kami pun targetkan hal yang sama,” ujar Jap dalam paparan publik, Kamis (8/5/2025).

Produksi minyak sawit nasional diperkirakan meningkat ke 48 juta ton setelah sempat menurun menjadi 45 juta ton pada 2024. SSMS menangkap momentum ini dengan mengakselerasi operasional dan efisiensi, termasuk pembelian bahan baku dari pihak eksternal serta investasi di infrastruktur pendukung.

Sepanjang tahun 2025, SSMS menganggarkan belanja modal (capex) sebesar Rp510 miliar untuk renovasi fasilitas pekerja, pembelian alat berat, dan modernisasi mesin pabrik. Hingga akhir kuartal pertama, realisasi capex telah mencapai 30-35 persen atau sekitar Rp180 miliar.

Dalam hal efisiensi, Jap menekankan pentingnya pengendalian biaya dibandingkan spekulasi harga pasar. Dengan cash cost sekitar USD325 per ton dan titik impas di USD550, SSMS masih mampu menjaga profitabilitas meski harga CPO berada di titik rendah.

Baca Juga:  Prabowo Subianto dan Kebijakan Kelapa Sawit

Kinerja positif SSMS juga ditopang oleh strategi manajemen inventori just-in-time, peningkatan ekspor, serta adaptasi terhadap kenaikan pajak ekspor melalui volume ekspor yang melonjak. Selain itu, perusahaan juga mempercepat ekspansi ke sektor hilir melalui pembangunan pabrik refinery berkapasitas 1.500 ton per hari yang ditargetkan mulai beroperasi akhir tahun ini.

Dari sisi produktivitas, SSMS mencatat peningkatan yield menjadi 7,5 ton per hektare pada empat bulan pertama 2025, naik dari 7,1 ton pada 2024. Beberapa tanaman bahkan masih menghasilkan hingga 23 ton per hektare di usia 24 tahun, membuat replanting ditunda hingga 2026. Unit paling produktif saat ini adalah PT SMU dengan yield 28,5 ton/hektare/tahun dan oil extraction rate (OER) mencapai 24 persen.

Komitmen terhadap keberlanjutan juga menjadi fokus utama SSMS. Dua biogas plant yang telah beroperasi memberikan kontribusi dalam penghematan energi, khususnya untuk operasional pabrik dan hunian karyawan. Perusahaan berencana menambah tiga unit biogas plant dan dua bio-CNG plant dalam strategi jangka panjangnya.

“Kami tidak mengejar angka bombastis. Fokus kami adalah pertumbuhan berkelanjutan, efisiensi biaya, dan kontribusi nyata untuk industri dan masyarakat,” tutup Jap Hartono.