9 April 2025
Share:

Bisnissawit.com PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), emiten sektor perkebunan yang bergerak terutama di bidang kelapa sawit, mengumumkan dua agenda strategis yang menjadi fokus perseroan pada kuartal kedua 2025. Pertama, perusahaan berencana melakukan aksi pembelian kembali (buyback) saham senilai hingga Rp450 miliar. Kedua, SGRO juga tengah mempersiapkan langkah transformasi besar dengan mengubah kegiatan usaha utama menjadi perusahaan induk (holding company).

Dilansir dari fortuneidn.com, rencana buyback saham akan dilaksanakan selama tiga bulan, dimulai pada hari ini, yakni 9 April 2025 dan berakhir pada 8 Juli 2025. Dana untuk pelaksanaan buyback akan berasal dari kas internal perusahaan, tanpa mengganggu kebutuhan operasional maupun ekspansi jangka pendek.

Dalam keterbukaan informasi, manajemen SGRO menyampaikan bahwa pelaksanaan buyback ini bertujuan untuk meningkatkan likuiditas saham di pasar sekaligus menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham.

Manajemen juga meyakinkan bahwa kondisi keuangan perseroan saat ini berada dalam posisi yang solid untuk mendukung aksi korporasi ini. Buyback ini dipandang tidak akan memberikan dampak negatif yang material terhadap kegiatan operasional, arus kas, maupun kelangsungan usaha SGRO ke depan.

Selain aksi buyback, SGRO juga tengah menyiapkan perubahan fundamental dalam arah strategis bisnisnya. Perusahaan mengusulkan perubahan kegiatan usaha utama dari semula bergerak langsung di bidang perkebunan, menjadi perusahaan induk atau holding dengan klasifikasi Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 64200.

Melalui transformasi ini, SGRO akan lebih fokus pada aktivitas pengelolaan investasi dan penyertaan modal kepada entitas anak dan cucu usaha.

Rencana ini akan diajukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang dijadwalkan berlangsung pada 9 Mei 2025. Apabila disetujui, perubahan ini diyakini akan memberikan fleksibilitas strategis yang lebih besar dalam mengelola portofolio bisnis yang terdiversifikasi, sekaligus meningkatkan efisiensi struktural dan potensi pertumbuhan perusahaan secara jangka panjang.

Baca Juga:  Peran Perkebunan Sawit Rakyat dalam Mendukung Keberhasilan Program Biodiesel B50

Langkah ini juga mencerminkan upaya SGRO untuk lebih adaptif terhadap dinamika industri kelapa sawit global yang kian kompetitif dan terdampak oleh berbagai tantangan eksternal, termasuk isu keberlanjutan, regulasi ekspor, dan volatilitas harga komoditas. Dengan menjadi holding, SGRO berharap dapat lebih lincah dalam merespons perubahan pasar dan mengoptimalkan aset yang dimiliki.

Sebagai informasi, SGRO merupakan salah satu emiten sawit yang cukup aktif di pasar modal, dengan portofolio bisnis mencakup produksi kelapa sawit, palm kernel, dan berbagai produk turunannya. Transformasi ini dinilai sebagai sinyal bahwa perseroan ingin memperluas peran strategisnya, tidak hanya sebagai produsen tetapi juga sebagai pemegang kendali atas rantai nilai industri yang lebih luas.

Dengan kombinasi strategi buyback dan transformasi usaha, pelaku pasar akan mencermati bagaimana implementasi kebijakan ini mampu memperkuat fundamental SGRO sekaligus menjaga kepercayaan investor dalam jangka panjang.