Bisnissawit.com – Sejumlah komoditas perkebunan dan hortikultura berperan penting dalam meningkatkan nilai tukar petani (NTP) serta ekspor Provinsi Aceh pada Februari 2025.
Berdasarkan data BPS yang dilansir dari Mediaperkebunan.id diketahui NTP Aceh mencapai 121,86, mengalami kenaikan sebesar 0,03 persen dibandingkan dengan Januari 2025.
Dua komoditas perkebunan utama yang mendorong kenaikan ini adalah kelapa sawit dan kakao, sementara dari sektor hortikultura, cabai rawit dan cabai merah turut berkontribusi, bersama dengan ikan tongkol.
NTP merupakan indikator yang menggambarkan keseimbangan antara harga yang diterima petani dan harga yang mereka bayar, mencerminkan daya beli serta tingkat kesejahteraan mereka.
Semakin tinggi NTP, semakin kuat pula daya beli petani terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi maupun biaya produksi yang mereka keluarkan.
Khusus untuk nilai tukar perkebunan rakyat (NTPR) di Aceh, terjadi peningkatan sebesar 0,64 persen dari 157,43 pada Januari menjadi 158,44 di Februari 2025.
Indeks harga yang diterima petani (It), yang mencerminkan pendapatan mereka, juga naik 0,38 persen menjadi 143,86. Kontributor utama peningkatan ini adalah kelapa sawit, kakao, dan cabai rawit. Sementara itu, indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik 0,35 persen menjadi 118,05, didorong oleh pengeluaran untuk cabai rawit, cabai merah, dan ikan tongkol.
Ekspor Komoditas
Dari sisi perdagangan, ekspor Aceh pada Februari 2025 tercatat sebesar USD 50,85 juta. Meski mengalami penurunan sebesar 28,56 persen dibandingkan Desember 2024 yang mencapai USD 71,19 juta, nilai ini masih lebih tinggi 50,03 persen dibandingkan Januari 2024 yang hanya mencapai USD 33,90 juta.
Dalam ekspor Januari 2025, batubara menjadi komoditas utama dengan nilai USD 36,82 juta atau setara dengan 72,40 persen dari total ekspor. Komoditas lainnya yang juga berkontribusi adalah kopi sebesar USD 9,20 juta (18,06 persen) dan cangkang atau kernel sawit sebesar USD 2,78 juta (5,45 persen). Selain itu, asam rasin atau asam damar menyumbang 1,64 persen, minyak terpentin kayu 1,16 persen, dan komoditas lainnya sebesar 1,27 persen.
Secara khusus, ekspor cangkang atau kernel sawit dari Aceh banyak dikirim ke Jepang dengan nilai ekspor mencapai USD 2,78 juta. Hal ini menunjukkan bahwa sawit tetap menjadi salah satu komoditas andalan Aceh dalam mendorong perekonomian daerah.