Bisnissawit.com – Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) mengadakan pelatihan budidaya sawit untuk petani swadaya di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, pada 21 hingga 31 Oktober 2024. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas petani dalam menerapkan praktik budidaya yang sesuai dengan prinsip Good Agricultural Practice (GAP), sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas perkebunan sawit mereka.
Sulawesi Tenggara, menurut data Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2023, merupakan salah satu penghasil sawit terbesar di wilayah Sulawesi dengan luas lahan sekitar 59 ribu hektare. Kabupaten Konawe Utara menjadi salah satu daerah penghasil sawit di provinsi ini, bersama Kabupaten Konawe, Kolaka, Muna, Muna Barat, Bombana, dan Kolaka Timur.
Pertumbuhan luas perkebunan sawit terus meningkat, didorong oleh ketersediaan lahan dan keinginan masyarakat untuk mengembangkan perkebunan sawit, serta adanya pasar dari delapan pabrik kelapa sawit yang telah berdiri di provinsi ini.
Namun, petani sawit skala kecil di Sulawesi Tenggara menghadapi berbagai tantangan, seperti masalah legalitas lahan, penggunaan bibit berkualitas rendah, akses pasar terbatas, produktivitas rendah, serta sulitnya memperoleh sarana produksi seperti pupuk dan herbisida.
Plt. Ketua SPKS Sulawesi Tenggara, Arwan, menjelaskan bahwa SPKS fokus pada peningkatan kapasitas petani dengan memberikan pelatihan langsung di lapangan. Bekerjasama dengan perusahaan sawit seperti PT Sultra Prima Lestari (SPL) dan PT Tani Prima Makmur, SPKS menghadirkan pelatih sawit berpengalaman dari Institut Pertanian STIPER (INSTIPER) Yogyakarta.
Pelatihan yang diadakan di lima desa di Konawe Utara ini diikuti sekitar 100 petani. Materi pelatihan mencakup teori budidaya sawit sesuai GAP, praktik langsung di lapangan seperti identifikasi hama dan penyakit serta cara penanggulangannya, pemupukan yang baik, dan teknik panen sesuai standar.
“Kami berharap, melalui pelatihan ini, petani dapat lebih memahami cara mengelola kebun sawit mereka sesuai GAP. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi mereka,” ujar Arwan.
Sementara itu, Ketua Umum SPKS Sabarudin mengatakan bahwa pihaknya berfokus pada upaya peningkatan produktivitas para petani anggotanya, mengingat produktivitas rata-rata saat ini masih berada di bawah 12 ton tandan buah segar (TBS) per hektare per tahun, jauh dari ideal yang seharusnya mencapai sekitar 20 ton TBS per hektar per tahun.
Melalui pelatihan GAP, diharapkan petani bisa mengoptimalkan pemupukan dan pengelolaan kebun agar produksi minyak kelapa sawit mencapai lebih dari 3 ton per hektare per tahun.
Peningkatan produktivitas ini dinilai sangat penting mengingat pemerintah menargetkan sawit sebagai salah satu sumber energi melalui program biodiesel, dari B35 ke B50. Target ini memerlukan tambahan sekitar 6 juta ton CPO setiap tahun, sehingga pemanfaatan optimal lahan sawit yang mencapai sekitar 6,9 juta hektar menjadi prioritas. (*)