Bisnissawit.com – PTPN Group melalui subholding PTPN IV PalmCo terus memperkuat transformasi bisnis dengan fokus pada optimalisasi rantai nilai industri kelapa sawit. Direktur Pemasaran PTPN III Holding, Dwi Sutoro, menegaskan komitmen perusahaan dalam mengembangkan berbagai aspek industri sawit, mulai dari hulu hingga hilir.
Dalam upaya ini, PTPN menerapkan program Next-Gen Operation yang mencakup inisiatif EBITDA Transformation, digitalisasi, serta mekanisasi perkebunan dan pabrik kelapa sawit (PKS). Perusahaan juga memperluas area tanam sawit melalui konversi lahan karet dan pembukaan lahan baru, termasuk akuisisi perkebunan potensial serta optimalisasi kemitraan untuk pembelian tandan buah segar (TBS) dari pihak ketiga.
Dari sisi hilir, ekspansi dilakukan melalui pengembangan produk oleokimia, ritel minyak goreng, serta pembangunan pabrik biodiesel dan minyak goreng. PTPN juga memperkuat perdagangan dan manajemen rantai pasok dengan peningkatan logistik serta implementasi strategi dekarbonisasi dan ekonomi sirkular. Langkah ini meliputi pengembangan bisnis bio-CNG, pemanfaatan limbah POME, serta penerapan prinsip keberlanjutan ESG.
PTPN mendukung target swasembada energi dan Net Zero Emissions 2060 dengan membangun pabrik biodiesel berkapasitas 450.000 ton RBDPO per tahun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Sumatera Utara, melalui anak perusahaan PT Industri Nabati Lestari. Pabrik ini ditargetkan mulai beroperasi pada kuartal IV tahun 2026. Selain itu, perusahaan juga menggandeng mitra strategis untuk membangun pabrik bioavtur/SAF berkapasitas 60.000 ton per tahun, dengan pasokan bahan baku dari PTPN sebesar 40.000 ton per tahun. Pabrik ini ditargetkan beroperasi secara komersial pada semester II tahun 2027.
PalmCo juga mendukung program swasembada pangan dengan pengembangan pola tumpang sari padi gogo dan jagung di lahan plasma dan inti. Pada tahun 2025, PTPN merencanakan penanaman padi gogo di lahan seluas 16.704 hektare dengan target produksi 42.000 ton, serta penanaman jagung di lahan 3.020 hektare dengan target produksi 12.100 ton. Program ini tersebar di berbagai daerah, termasuk Aceh, Sumut, Riau, Jambi, Kalbar, dan Sulawesi Tengah.
PTPN juga berupaya meningkatkan tata kelola sawit berkelanjutan dengan mengintegrasikan prinsip RSPO dan ISPO guna menjawab regulasi EUDR. Upaya ini meliputi perlindungan kawasan bernilai konservasi tinggi (HCV) dan karbon tinggi (HCS), perlindungan satwa liar, larangan pembukaan lahan dengan api, serta penerapan sistem ketelusuran berbasis teknologi untuk memastikan transparansi rantai pasok minyak sawit.
Dalam implementasi berbagai inisiatif ini, PTPN berharap mendapatkan dukungan dari pemerintah, terutama terkait regulasi, legalitas lahan, pendanaan, penyediaan sarana produksi, serta kepastian pasar. Kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan menjadi kunci dalam mewujudkan industri sawit yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi.