8 Maret 2025
Share:

Bisnissawit.com – Produksi minyak sawit mentah (CPO) di bulan Desember 2024 tercatat sebesar 3,876 juta ton, mengalami penurunan 10,55% dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 4,333 juta ton. Produksi minyak inti sawit (PKO) juga turun menjadi 361 ribu ton dari sebelumnya 412 ribu ton di bulan November.

Dikutip dari Mediaperkebunan.id, hal ini disampaikan oleh Sekjen GAPKI, Hadi Sugeng. Ia mengatakn sepanjang tahun 2024, total produksi CPO mencapai 48,164 juta ton, sementara PKO sebesar 4,598 juta ton. Jika digabungkan, total produksi minyak sawit tahun ini adalah 52,762 juta ton, mengalami penurunan 3,80% dibandingkan tahun 2023 yang mencatatkan produksi sebesar 54,844 juta ton.

Di sisi lain, konsumsi domestik minyak sawit menunjukkan tren meningkat. Pada bulan Desember 2024, konsumsi CPO dan PKO mencapai 2,187 juta ton, lebih tinggi dibandingkan bulan November yang sebesar 2,030 juta ton.

Peningkatan konsumsi ini terjadi pada sektor pangan, biodiesel, dan oleokimia. Sepanjang tahun 2024, konsumsi minyak sawit untuk sektor pangan mencapai 10,205 juta ton, sedikit lebih rendah 0,90% dari tahun sebelumnya yang mencapai 10,298 juta ton. Konsumsi oleokimia juga turun 2,69% menjadi 2,207 juta ton dari sebelumnya 2,268 juta ton pada 2023.

Namun, konsumsi biodiesel meningkat signifikan sebesar 7,51% menjadi 11,447 juta ton dari sebelumnya 10,647 juta ton di tahun 2023. Secara keseluruhan, konsumsi minyak sawit dalam negeri tahun 2024 tercatat sebesar 23,859 juta ton atau naik 2,78% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 23,213 juta ton.

Sementara itu, ekspor minyak sawit mengalami penurunan. Pada bulan Desember 2024, volume ekspor hanya mencapai 2,060 juta ton, turun 21,88% dari bulan November yang mencapai 2,637 juta ton. Penurunan terbesar terjadi pada ekspor ke India yang berkurang sebesar 246 ribu ton, diikuti oleh China sebesar 39 ribu ton.

Baca Juga:  Prabowo Subianto dan Kebijakan Kelapa Sawit

Sepanjang tahun 2024, total ekspor turun sebesar 2,680 juta ton dari 32,215 juta ton pada 2023 menjadi 29,535 juta ton. Penurunan terbesar terjadi untuk tujuan China (2,381 juta ton), India (1,136 juta ton), serta Bangladesh, Malaysia, Amerika Serikat, dan Uni Eropa dalam jumlah yang lebih kecil.

Namun, beberapa negara justru mengalami peningkatan permintaan, seperti Pakistan yang naik 486 ribu ton serta kawasan Timur Tengah yang meningkat 164 ribu ton. Rusia dan beberapa negara lainnya juga mengalami kenaikan meskipun dalam jumlah lebih kecil.

Dari sisi nilai, ekspor minyak sawit sepanjang tahun 2024 mencapai US$ 27,76 miliar (sekitar Rp 440 triliun), mengalami penurunan 8,44% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 30,32 miliar (Rp 463 triliun). Hampir semua jenis produk mengalami penurunan nilai ekspor, kecuali oleokimia, meskipun harga FOB rata-rata dalam US$/ton justru mengalami kenaikan.

Akibat dari tren produksi, konsumsi, dan ekspor ini, stok minyak sawit (CPO dan PKO) di akhir tahun 2024 tercatat sebesar 2,577 juta ton, lebih rendah 18,06% dibandingkan stok akhir 2023 yang mencapai 3,145 juta ton.

Melihat tren produksi dan konsumsi dalam negeri, terutama terkait kebijakan penggunaan biodiesel serta dinamika harga dan pasokan minyak nabati global, diperkirakan produksi minyak sawit Indonesia pada 2025 akan mencapai 53,6 juta ton.

Konsumsi domestik diproyeksikan naik menjadi 26,1 juta ton, termasuk untuk kebutuhan biodiesel B40 sebesar 13,6 juta ton. Namun, ekspor diperkirakan akan kembali turun menjadi 27,5 juta ton, lebih rendah dibandingkan ekspor tahun 2024 yang mencapai 29,5 juta ton.