5 Maret 2025
Share:

Bisnissawit.com – MPOB telah merancang Strategi 3 Pengendalian Terpadu Ganoderma, salah satunya melalui manajemen nutrisi. Prof. Dr. Mohammed Hanafi Musa dari Universiti Putra Malaysia (UPM) menyampaikan bahwa unsur hara nitrogen (N) dan fosfor (P) memiliki korelasi positif dan signifikan dengan Ganoderma boninense, sementara kalium (K) dan kalsium (Ca) menunjukkan korelasi negatif yang signifikan.

Hal ini diungkapkan dalam acara 2nd ISGANO 2025 yang diadakan oleh Media Perkebunan dan P3PI.

Penelitian di pembibitan menunjukkan bahwa unsur K berperan penting dalam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap Ganoderma boninense. Pemberian dosis tambahan K terbukti membantu memperkuat pertahanan tanaman dari serangan penyakit ini. Tanaman dengan defisiensi unsur hara makro seperti N, P, dan K cenderung kurang bertenaga (vigor) dan lebih rentan terhadap penyakit pangkal busuk batang yang dapat menyebabkan kematian.

Pada lahan gambut, pemberian dosis tinggi K memberikan perlindungan yang lebih kuat terhadap Ganoderma. Pemberian N, P, dan K dengan dosis yang sesuai juga dapat memperlambat infeksi selama enam bulan setelah serangan pertama, meskipun setelahnya efektivitas perlindungan mulai menurun.

Dosis optimal N, P, dan K yang direkomendasikan masing-masing adalah 17,37 g/tanaman, 17,37 g/tanaman, dan 41,34 g/tanaman untuk mendukung pertumbuhan yang optimal dan meningkatkan ketahanan terhadap Ganoderma, khususnya di pembibitan lahan gambut.

Kalsium juga memiliki peran penting dalam mengurangi perkembangan Ganoderma. Aplikasi kalsium, baik melalui tanah maupun pupuk tambahan, terbukti mempercepat pertumbuhan tanaman sekaligus menghambat perkembangan patogen ini, baik di pembibitan maupun di perkebunan.

Pada tahap pembibitan, kalsium membantu mengubah komponen fisiologi tanaman sehingga mengurangi risiko infeksi Ganoderma.

Pendekatan nutrisi dalam pengendalian Ganoderma diterapkan untuk memperpanjang usia produktif tanaman yang telah terinfeksi, serta mengurangi atau menghilangkan inokulum Ganoderma di lahan saat proses peremajaan berlangsung. Selain itu, strategi ini juga berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit ini.

Baca Juga:  Praktisi Sawit Indonesia-Malaysia Berkumpul di 2nd ISGANO 2025 Bahas Ancaman Ganoderma

Sebagai solusi inovatif, UPM dan MPOB telah mengembangkan pupuk berbasis organik yang mudah diaplikasikan dan efisien, bernama Ganocare. Pupuk ini terdiri dari tepung tandan kosong yang diperkaya dengan berbagai komponen bermanfaat bagi tanaman. Ke depannya, Ganocare akan tersedia dalam bentuk pelet dan kompak agar lebih praktis. Produk ini dapat digunakan sebagai pupuk organik murni, pupuk organik dengan tambahan NPK, atau sebagai bagian dari pupuk NPK tunggal dengan kandungan yang disesuaikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah sembilan bulan, bibit kelapa sawit yang diberi Ganocare tumbuh lebih baik dibandingkan bibit tanpa perlakuan.

Studi lain mengungkapkan bahwa delapan bulan setelah inokulasi, tingkat infeksi Ganoderma pada bibit yang diberi Ganocare menurun hingga 63,5%. Dalam penelitian berbeda, bibit yang diberikan Ganocare dan ditanam 35 cm dari sisa batang yang terinfeksi Ganoderma menunjukkan hasil luar biasa—setelah 36 bulan, tidak ditemukan gejala serangan, sementara pada bibit tanpa Ganocare, 33,3% mengalami kematian akibat penyakit ini.

Di tingkat perkebunan, perlakuan dengan pupuk biasa menunjukkan bahwa dalam satu tahun terdapat 101 pohon (38,1%) yang terinfeksi, sedangkan dengan perlakuan Ganocare 9 kg/pohon/tahun, hanya 18 pohon (7,2%) yang terdampak. Ganocare, yang telah dipatenkan oleh MPOB dan UPM, terbukti membantu meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat pertumbuhan tanaman, serta memberikan perlindungan terhadap Ganoderma dan penyakit kelapa sawit lainnya.